Minggu, 29 Maret 2015

POEM : Moammar Emka *Dear You*






HARUSKAH KITA SALING MELUPAKAN?




Haruskah kita saling melupakan?


Harus! Kata itu yang pertama terpekik di

pikiranku. Setelah sekian pelukan kita tak

berbuah apa-apa selain kosong hampa.

Setelah genggaman jemari kita yang melekat

erat pada sekian janji yang terucap hanya

menancapkan manis di ujung kecupan.


Haruskah kita saling melupakan?


Mungkin, ini yang terbaik dari sekian pilihan

yang ada. Setelah kemungkinan bertarung

sengit dengan penantian dan kepastian.

Kemungkinan untuk kita bersama yang jauh

dari kata mungkin itu sendiri. Kemungkinan

yang mengingkari kehadirannya untuk terus

(mungkin) ada dan bersama. Kemungkinan

yang berujung pada ketidakmungkinan, tak

berujung dan tiada dalam perjalanannya.



Saling melepaskan, jalan yang kita punya. Terbentang di

hadapan kita sebagai hening yang paling senyap dan kerelaan

untuk pergi tanpa syarat. Melepaskan ikatan ruas demi ruas,

dan melenggang tanpa menengok kebelakang lagi.



Itu saja dulu! Kita sepakat saling melepaskan genggaman

tanpa syarat. Tak peduli kita pernah seia di bawah janji dan

sumpah setia untuk bersama. Bukan apa-apa, kemungkinan

untuk bersama terlalu jauh untuk direngkuh dan hanya akan

meninggalkan sayatan luka mendalam jika diteruskan.




Kita sepakat dan sama-sama sadar untuk melepaskan, dan

seiring dengan waktu, kita saling meupakan, tanpa syarat.

Inilah kemungkinan yang ada, dan paling realistis yang kita

punya.



Haruskah kita saling melupakan?


Kepada hujan kutitipkan pelukan kita yang bersebrangan,

menunggu waktu untuk menyatu lagi, entah kapan.


*Moammar Emka (Dear You)


..............................................................


Setiap baca puisi ini, entah kenapa gua selalu kepengen nangis. Njleb! banget kata-katanya.





Ini Bukunya.






 
Yang tanda warna biru itu letak puisinya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar