Selasa, 10 Maret 2015

FanFiction MY FIRST STORY + ONE OK ROCK (THT)




(Belum Ada Judul)

Part III

Bagian.1


Main Cast: -Takahiro Morita
                    -Tomohiro Moriuchi
                     -Najima Tayuko

                    -Hiroki Moriuchi




....................................................................

TING TONG TING TING...

051121XXXX

Aku sudah turun dari bus. Kamu ada dimana? [SEND]


TING TING TING TONG...
013500XXXX
Sebentar lagi aku sampai. Tunggu sebentar lagi. [SEND]

   Seseorang memukul pelan pundak Taka.


“Hei. Kau? Tuan Morita?” orang itu berkata.

“Apa kau Najima Tayuko?” Taka nampak kebingungan.


   Orang itu refleks mengancungkan pager (Baca: Pejer) pink kepunyaannya. Disusul dengan Taka yang dibarengi senyum mereka berdua.

..............................................................

“Kau memang laki-laki yang sangat menepati janji.” Ujar Tayuko sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di cangkir kopi yang masih mengepulkan asap itu.

“Dan kau perempuan yang cantik. Hehe...” Ujar Taka juga sambil melepaskan ikatan pita biru di lengan kirinya.

“Hei... sudah berani merayu??” Tayuko berpura-pura sewot sambil melepaskan ikatan pita biru dilengan kanannya juga. “Konyol sekali kita harus memakai pita biru ini sebagai tanda. Haha..” Ujar Tayuko bergurau.


   Tayuko dan Taka baru pertama kali ini bertemu. Sebelumnya, mereka hanya berkomunikasi lewat pager (semacam alat untuk mengirimkan pesan suara atau pesan tertulis). Hari ini, mereka tengah berada di sebuah kafe didepan halte bus Jazaroku.


“Jika cuaca tidak seburuk ini, aku pasti akan mengajak kamu berkeliling Sapporo.” Ucap Taka.

“Ah, ditraktir secangkir kopi panas saja aku sudah senang. Lain kali saja kan bisa..” Jawab Tayuko malu-malu.


   Semburat pink dan rasa hangat menjalari kedua pipi Taka. Ia tersipu malu. ‘Kenapa begini? Tayuko itu hanya seperti adikku saja. Tidak. Cuma itu.’ Pikir Taka menolak isi hatinya.


   Salju diluar begitu cantik. Bertaburan bagai helaian-helaian kapas diterpa angin. Pertengahan musim dingin memang selalu sedingin ini. Beberapa jam berlalu, mereka masih asik bercakap-cakap menjalin keakraban diantara mereka dan mencoba melawan hawa dingin yang masih terasa menusuk itu.


“uum... Bagaimana dengan sekolahmu?” Taka memesan secangkir coklat panas lagi.

“Tidak terlalu bagus. Cuaca sangat dingin, dan aku hampir selalu kedinginan setiap saat. Bagaimana dengan pengerjaan lagu barumu kali ini? Apa kau sudah mendapatkan instrumen yang cocok dengan liriknya?”

Setidaknya, belum. Mood ku akhir-akhir ini sedang tidak bagus.” Jawab Taka sembari mengaduk-aduk cangkir yang sudah kosong itu.

“Kau mau mendengarkan sebuah lagu? Mungkin bisa membuat mood mu kembali baik suatu saat nanti.”Tayuko menyodorkan handphone nya. “Semoga kau suka.”


   Taka meraih handphone itu, lalu memasang headset di kedua telinganya dan menekan tombol play. Ia mulai mengangguk-anggukkan kepalanya seirama dengan musik yang ia dengarkan. Ia pun memejamkan mata.



“Waah.. bagus sekali. Rasa-rasanya, aku belum pernah dengar lagu ini sekalipun. Apakan ini dari band baru?” Taka sangat antusias.

“Senangnya.... itu lagu karyaku. Lagu itu aku buat untuk tugas sekolah besok. Kamu itu orang pertama yang mendengarkan lagu ku.” Rasa senang mejalari hati Tayuko. “Itu artinya, aku yakin jika tugas sekolahku nanti pasti akan mendapat nilai yang bagus.”

“Benarkah ini kau yang membuatnya sendri? Um.... tunggu.” Taka memejamkan mata kembali mendengarkan lagu itu. “Kau membuatnya dengan cara menggabungkan beberapa instrumen musik yang bukan kau sendiri yang memainkannya. Terutama, alunan piano ini.”

Tayuko membulatkan matanya. “Wah. Darimana kau tau?”

Taka hanya melontarkan sebuah senyum simpul penuh arti.

“Oh. Ya aku tau sekarang.. kau ini mempunyai pitch.”


   Pitch itu sebutan bagi orang yang pendengarannya terhadap nada sangat bagus. Ia pandai mengidentifikasi sebuah nada piano.


   Taka pun melebarkan senyumannya sambil mengetuk-ngetukkan ujung jari keatas meja.



“ugh. Ya aku mengakui, ayah ku lah yang memainkan piano ini.”

“Pantas.”

“Lho kenapa pantas?”

“Tekanan pada tuts piano nya kurang lembut. Jika seorang wanita yang memainkannya, pasti suaranya akan berbeda.”

“Oh, begitu. Pantas saja jika kau benar-benar pemusik handal.”

“Jangan mencelaku begitu dong,”


  Tayuko hanya tersenyum seraya memincingkan mata.

.................................................

 yaaaaay :D akhirnya sampe di part III walaupun bagian 1. hehe :P
haduuuh..... lagi bunek. jadi gk sempet ngetik lanjutannya lagi. heeee

Selamat Menikmati :D

ENJOY

Selamat Sore :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar