“Ibu, apa aku salah jika aku suka sama Taka-kun bu?” Aku pun
sebenarnya takut menanyakan masalah ini dengan ibu ku.
Ibu hanya diam. Dia menatapku penuh arti. Aku tak berani
menatap kedalam matanya. Jadi, aku hanya terus menunduk memandangi jari-jariku
yang meremas ujung baju.
“Apa aku salah bu? Apa aku tidak normal? Apa ibu akan
memarahiku?” Kutanyakan sekali lagi.
Dan Ibu lagi-lagi hanya diam. Bodoh sekali aku ini.
Seharusnya aku tidak pernah membicarakan hal ini kepada ibu. Ibu pasti akan
sangat terpukul. Seharusnya aku tidak menambah beban ibu lagi. Bagi Ibu, Taka
sudah seperti anak sendiri. Dan bagi Ibu, Taka hanya sekedar kakak bagiku. Tapi
bagiku? Taka tidak hanya sebatas itu.
“Jika menurut Ibu itu salah, aku tidak akan melakukannya
lagi bu, aku tidak akan menyukai Taka lagi.” Aku benar-benar pasrah. Walaupun
ibu bukan tipikal orang yang suka memaksakan kehendak, tapi aku selalu
menghormati dan menuruti mau ibu.
“Tidak nak, kamu tidak salah. Maafkan ibu. Ibu yang salah.”
Aku terperangah mendengar pengakuan Ibu. Mengapa ibu yang
salah? Ini kan sepenuhnya salahku. Salah otakku. Salah hatiku. Salah
perasaanku. Mengapa aku harus menyukai Taka? Masih banyak orang yang lebih
pantas aku sukai di dunia ini.
“Tidak bu. Ibu tidak salah. Maafkan aku. Memang benar apa
yang orang-orang tuduhkan kepadaku. Aku ini tidak normal. Ibu tidak salah
apa-apa.” Aku pun meremas kedua tangan ibuku seolah memberinya kekuatan lebih.
.....................................
Taka adalah kakak angkatku. Walaupun sebenarnya umur kami
tidak jauh berbeda. Kami lahir di tahun yang sama. Sebenarnya, Taka adalah anak
dari adik teman ibu ku. Adik teman ibuku itu mengalami kecelakaan. Yaitu hamil
di luar nikah. Jadi, dia memberikan hak asuh Taka kepada Ibuku yang sangat ia
percayai.
Limabelas tahun tinggal serumah, selalu bersama-sama,
membuat perasaan ini berkembang lebih jauh. Ya, aku mencintai Taka. Bukan cinta
yang sederhana. Melainkan cinta yang sangat rumit. Aku memang belum pernah
menyatakan cinta kepadanya. Aku takut. Sangat sangat sangat takut. Aku takut
dia meninggalkanku dan benci kepadaku. Bahkan kalau dia sampai dia tidak mau
bertemu lagi denganku.
Malam itu, adalah malam kelulusan SMP. Aku dan Taka sempat
bersenang-senang menikmati pesta yang diadakan oleh pihak sekolah. Kami berdua
layaknya remaja biasa. Bahagia menikmati malam terakhir di SMP. Bersenang
senang dengan teman-teman kami yang lainnya. Sampai Taka lupa waktu. Ya, Taka
memang bukanlah remaja baik-baik sepertiku. Ia tergolong “nakal”. Tetapi
kenakalannya itu tidak mau ia tunjukkan kepada Ibuku maupun Ibunya. Ia selalu
membatasi kenakalannya agar jangan sampai diketahui Ibu. Ia sering bolos
sekolah demi bermain game di game center. Dan aku yang sellu menutup-nutupi
kebolosannya itu. Yah intinya, aku yang harus melindunginya.
Dan malam itu, aku baru tahu jika kenakalannya sudah
melampaui batas usianya. Dia mengajakku ke rumah Saburo-kun –Teman SMP kami.
Aku kira, kami hanya makan-makan
merayakan kelulusan kami dengan keluarganya. Tetapi mereka “berpesta” Sake.
Memang tidaklah terlalu memabukkan. Tetapi cukup membuat anak SMP seperti kami
mabuk kepayang.
“Tolong jangan beritahu ibu ya?” Pintanya ditengah acara.
“Tetapi...”
“Tolonglah... Aku janji ini kali pertama dan terakhir aku
seperti ini.”
“Bagaimana caranya?”
“Kau ikut menginaplah disini bersama ku. Nanti biar aku yang
mencari alasan agar kamu juga mendapat izin dari ibu. Ya?”
“Baiklah...” aku pun pasrah saja.
Kami menginap beramai-ramai di rumah Saburo. Orang tua
Saburo sedang pergi keluar kota. Aku, Taka, Saburo, dan keempat teman kami yang
lainnya pun beramai-ramai tidur dikamar Saburo. Kami menggelar foton untuk dibagi berdua. Tentu
saja aku berbagi foton
dengan Taka.
Entah mengapa tiba-tiba desiran dan rasa aneh itu muncul.
Saat Taka tidur menghadapku, aku jadi tidak bisa memejamkan mata. Aku terus
memandangi wajahnya yang kini hanya berjarak beberapa centi dari wajahku.
Akupun dapat merasakan hembusan nafasnya dipipi ku. Oh Tuhan, aku jatuh cinta.
Semalaman suntuk, aku terus terjaga. Terjaga memandangi
wajah Taka. Kebersamaan yang selama ini menyelubungi kami pun menumbuhkan cinta
di hatiku. Cinta yang mungkin akan ku sesali, tapi mungkin juga cinta yang akan
terus kukenang selamanya. Cinta yang salah. Benar-benar salah.
Setelah peristiwa malam itu, hari-hari kujalani dengan sikap
berusaha seperti biasanya. Tetapi sesungguhnya aku salah tingkah setiap kali
mataku bertemu pandang dengan mata Taka.
.............................................................
Separuh hidupku dirundung kekhawatiran dan kegelisahan. Rasa
ini tetap ada bahkan sampai saat ini. Walaupun kucoba mengenyahkannnya,
menghapusnya, melupakannya, tapi tak akan pernah bisa. Aku mencoba mencari
pengganti Taka dihatiku, berpacaran dengan orang yang sekiranya lebih baik dari
Taka. Tetapi, tetap saja aku tak akan pernah bisa.
.............................................................
“Taka-kun?” Sebesar inikah Taka? Seganteng inikah Taka?
“Hai. Apa kabar?” Sapanya sambil memelukku dengan hanggat
–hanya sebatas pelukan antar saudara.
“Kabar baik. Bagaimana kabar ibumu?”
“Baik sekali.”
Saat kami kelas dua SMA, Taka pindah ke Kanada bersama
ibunya –Yuriko. Karena Yuriko menikah dengan lelaki Kanada dan ia meminta agar
Taka ikut bersamanya. Awalnya, Taka sangat keberatan karena harus berpisah
dengan aku dan Ibuku. Setelah mendapat bujukan bertubi-tubi, akhirnya Taka
pergi ke Kanada. Selain itu juga karena alasan Taka ingin bersekolah di sekolah
musik di Kanada yang kabarnya sangat kompeten di dunia permusikan –Bukan
berarti juga di negara kami tidak ada sekolah musik yang sehebat itu.
Sepuluh tahun berlalu, dan ia kembali mengunjungi kami.
Membawa kabar bahwa ia akan mengadakan mini konser di negara ini dalam waktu
dekat.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul membahas bermacam topik, Taka
menayakan satu hal kepadaku yang rasanya, sangat mengganggu hatiku.
“Kamu sudah punya pacar?” Tanyanya.
“Tidak. Memangnya kenapa?”
“Tidak papa.” Taka kembali melanjutkan kesibukannya.
“kamu sendiri sudah punya pacar? Pasti sudah kan?”
“Tidak. Belum. Memangnya kenapa?”
Ya Tuhan. Kenapa hatiku merasa begitu senang? Apakah aku
harus memberitahu Taka mengenai hal ini? Lagipula, beberapa hari lagi ia harus
kembali ke Kanada untuk mengurusi dokumen mini konsernya. Seandainya Taka tidak
suka dengan pernyataanku ini, aku akan langsung menghindar darinya.
“Lho kok diam? Memangnya kenapa? Apa yang sedang kamu
pikirkan?” Tanyanya lagi.
“Um... Tidak ada. Sudahlah lupakan.” Tidak. Aku tidak ingin
menghancurkan hubungan persaudaraan kami. Tapi, dalam hati kecilku, aku
menginginkan Taka.
“Taka. Boleh aku bertanya sesuatu?” Aku harus memulainya
dengan sehalus mungkin.
Taka yang sedang membaca partitur pun mengalihkan pandangan
kearahku. “Silahkan.”
“Apa aku salah jika aku menyukai kamu?” Aku bersiap-siap
untuk lari sejauh mungkin jika apa yang akan Taka ucapkan berupa sebuah
penolakan. Aku ini memang benar-benar munafik.
“Tidak. Tidak salah.” Seulas senyum tersungging di bibir
Taka.
Oh Tuhan. Apakah semudah ini mendapatkan jawaban dari Taka?
“Kau menyukai ku?” Tanya Taka lagi.
“Tidak.”
“Lalu?” Oh Tuhan, taka nampak sedikit kecewa.
“Aku.... um, bagaimana aku harus mengungkapkannya? Aku...
um.... men...cintaimu.”
Taka tampak benar-benar terkejut mendengar kata-kata yang keluar
dari bibirku.
“Oh ya? Sejak kapan?” tanyanya lagi.
“Lama.” Semudah inikah aku mengeluarkan kata-kata juga?
“Aku juga mencintaimu.” Jawab Taka. Akhirnya.
Aku benar-benar terkejut kali ini. Taka mengucapkannya
begitu ringan tanpa beban.
“Bagaimana pendapat orang lain mengenai hal ini?”
“Aku tidak peduli.”
................................................
Inilah Hari pernikahanku. Menikah di usia 26 tahun bukanlah
perkara mudah. Akupun berusaha untuk terus menutup telinga. Seolah tuli akan
cemoohan dari semua orang. Tetapi untunglah masih banyak juga yang mendukung
keputusan kami untuk meresmikan hubungan kami.
Pernikahan ini bukanlah pernikahan mewah. Hanya upacar
pernikahan kecil-kecilan yang dilaksanakan di sebuah gereja kecil didekat rumah
kami. Taka begitu mempesona mengenakan Tuxedo berdasi kupu-kupu itu.
Tuxedo itu seharusnya ia kenakan di mini konsernya bulan
depan. Tetapi konser itu telah kandas. Karena pernikahan ini, para sponsor
mundur. Dan Taka lagi-lagi dengan mudahnya mengambil keputusan untuk
membatalkan konsernya. Bahkan semua scedule konsernya.
Menurut pengakuan Taka, ia mulai merasakan rasa itu –Rasa
yang sama seperti yang aku rasakan kepadanya, saat hari kepindahannya ke
Kanada. Ia memandangku lama. Rasanya berat untuk meninggalkanku. Bukan sekedar
karena aku sudah seperti saudara kandungnya. Tetapi karena alasan lain.
Lonceng gereja berdentang dua kali menandakan aku harus
segera memasuki altar. Aku menggandeng tangan pamanku –Yang sebagai wali, memasuki
altar. Taka sudah menungguku didepan Pendeta. Ia menyambutku dengan senyuman.
“Kamu seharusnya tidak memakai gaun ini. Tetapi kamu sangat
cantik hari ini.” Taka membisikkan kata-kata yang membuat pipiku lebih merona.
Aku cantik?
Pendeta pun mulai mengucapkan sumpah pernikahan yang akan
meresmikan Taka menjadi suamiku.
“Saudara Morita Takahiro, apakah kamu bersedia meminang
saudara Yamashita menjadi istrimu dalam susah maupun senang selama sisa
hidupmu?”
“Saya bersedia.” Ucap taka tegas.
“Saudara Yamashita Toru, apakah kamu bersedia meminang
saudara Morita menjadi suamimu dalam susah maupun senang selama sisa hidupmu?”
“Saya bersedia.” Jawabku.
Taka tersenyum kearahku dan menggenggap kedua tanganku. Ia
mengecup keningku yang disambut dengan suara-suara menghebohkan dari tamu-tamu
yang hadir. Aku pun tersipu malu. Lalu, taka menyapukan bibirnya di bibirku.
Yang lagi-lagi diiringi suara menghebohkan.
Aku tanya sekali lagi. Apa aku salah jika aku mencintai
Taka?
....................................................
Aaa.... terinspirasi sama kisah Phu & Thee di serial
Hormones The series.
Lucu kali ya liat Toru pake dress didampingi Taka yang pake
Tuxedo. Haha :D
ENJOY :D
Selamat Siang :D
menurutku alurnya kurang greget ukhti..
BalasHapusterlalu cepat dan ada sesuatu yang kurang greget gitu.. mungkin kamu bisa tambahin konflik yang lebih wow.. :D
bilang ja konfliknya biar kaya yunjae (kata mayang nih) :P
BalasHapushehe. iya kak :D telat nih kasih masukannya :P
kapan-kapan deh. yang lebih panjaaaaaaaang lagi :D