Jumat, 27 Maret 2015

FanFiction: ONE OK ROCK

 



Where Are You? The Disappeared Boy?




  Mungkin aku sudah menyerah. Tetapi sebenarnya aku belum benar-benar menyerah. Aku harus berusaha. FYI, aku tuh tipikal orang yang keras kepala dan pantang menyerah begitu saja.


............................................


“San-chan, bener kan disekolah Tomo ada orang yang namanya Taka?” Tanyaku kepada sahabatku –Sanae.


“Sayangnya, gak ada Mi. Namanya bukan Takahiro. Tapi, Taka Mori. Lagian juga dia kelas 10. Bukan kelas 11.” 

Aah. Kali ini, aku benar-benar akan putus asa. Kusandarkan kepalaku di sandaran bangku. Kuterawang langit-langit kelasku. Menatapnya seakan-akan aku dapat melihat langit dari sini dengan menembusnya.Sanae pun melakukan hal yang sama. Kedua tangannya ia silangkan diatas dadanya. Ia menghembuskan udara yang sama beratnya dengan yang aku hembuskan.


 “Kamu masih mau nyari dia Mi?” Tanya Sanae tanpa berpaling menatapku.


“Yap.” Aku pun menjawab pertanyaan Sanae tanpa menatapnya juga. Sekarang, saat ini, kami terlihat seperti-mahluk- aneh-yang-menjadi-seorang-siswi-yang-pada-jam-pulang-masih-berada-disekolah-lebih-tepatnya-didalam-kelas-sambil-berbicara-tanpa-saling-tatap-tetapi-malahan-saling-menatap-langit-langit-kelas. Benar-benar aneh.


“Seberapa penting sih Mi dia buat kamu?”


“Seberapa penting?” aku menatap Sanae tak mengerti. Aku pun menegakkan dudukku. Beberapa kali sudah aku jelaskan mengenai hal ini tapi tetap saja Sanae selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Dan tak mungkin aku tidak menjawabnya –Walaupun aku sudah bosan menjawab pertanyaan yang hampir ratusan kali dilontarkannya kepadaku.


“Iya. Seberapa penting?” Sanae juga menegakkan tubuhnya dan memandangku. Tangannya ia lipat diatas meja seolah-olah siap mendengarkan penjelasanku.


“Dia itu gak penting buat aku Nae. Tapi, aku cuma pengen tau, dan aku juga pengen ngejelasin ke dia kalo sebenernya ada hal yang menjadi penghalang waktu itu buat aku deket sama dia. Bukan karena aku gak suka deket sama dia.


“Iya aku tau, aku tau. Mungkin waktu itu dia ngehubungin aku bukan pengen deket sama aku. Tapi buat sekedar kenal dan temenan sama aku doang. Iya aku ngerti Nae, tapi yang penting bukan soal perasaan atau maksud dia sama aku. Tapi, aku pengen kenal sama dia lagi.


“Itu salah aku Nae, salah aku. Saat itu aku berusaha sok cuek sama dia. Tapi sekarang aku bener-bener kehilangan dia.”


“Enggak lagi Mi, gak ada yang perlu disalahin. Itu salah takdir. Takdir yang bikin hape kamu ilang. Takdir yang bikin semua hal yang bersangkutan sama hape kamu juga menghilang.” Sanae meremas kedua tanganku.


 Dan dari sorot mata Sanae-lah aku harus belajar untuk menerima semuanya. ‘Ya ini takdir. Gak ada yang perlu disalahin.’


 .....................................


 Lagi-lagi, seusai latihan Karate aku hanya diam terpekur memandangi hape baru ku. Berharap sebuah esemes masuk yang mungkin hanya akan berisi kalimat: Sore Miyuki, Ganbatte-ne.


“Iya, pertandingan basket kemaren tuh yang menang SMP nya Miyuki. Ya kan Mi?”


“He eh.” Jawabku ogah-ogahan.


Beberapa temanku sedang membicarakan mengenai pertandingan basket antar sekolah yang berlangsung kemaren sore. Aku sih tidak tertarik sama-sekali. Selain karena aku tidak bisa main basket, juga karena traumatis terhadap bola basket yang melayang-melayang dari tangan satu ke tangan yang lainnya.


“SMP Ryagami sebenarnya mempunyai peluang yang sangat besar untuk memenangkan pertandingan kemaren. Sayang jagoan mereka mengalami cedera di awal pertandingan. Siapa nama jagoan mereka itu?”

Ah. Basket kan bukan hal terseru di dunia ini. Kenapa juga harus membicarakan basket sih?. Karate kan lebih seru. Contohnya, ngobrolin mengenai siapa karateka pertama yang menyandang sabuk hitam Kyu-1 kek, atau siapa yang nyiptain nama tendangan Mawasi-geri kek, atau apalah itu asal bukan basket.

“Aduh aku lupa. Tak siapa ya? Tak-tak gitu deh namanya.” Temanku yang agak-agak “belok” menimpali. Ya dia emang agak “belok”, tapi karena dia gak mau disangka “belok”, dia memilih jadi karateka. Kata dia sih, biar keren. Tapi kan yang namanya “belok” ya tetep aja “belok”.

Ya, teman-teman ku ini kebanyakan laki-laki. Wajar saja kan? Karena kami sedang latihan Karate. Tapi apa untungnya sih ngomongin basket segala?. Itu kan pertandingan antar-SMP. Mereka kan bukan SMP lagi, tapi mereka sudah SMA. Aduh mereka...


 Karena sudah merasa –Sangat sangat sangat, bosan aku pun beranjak dari tempat dudukku. Lagian aku kan masih SMP dan mereka SMA. Dan aku anak SMP sendirian. Sampai si cowok agak “belok” itu berujar.


“Aaa.. aku ingat. Jagoan mereka itu namanya Takahiro Morita.”


Deg. Jantungku mencelos. ‘Takahiro Morita?’ benarkan? Apa aku salah dengar? Sepertinya tidak.


 

.................................................



“Apa kamu udah yakin kalo Takahiro Morita itu orang yang kamu maksud?” Tanya Toru sambil terus memegangi pagar rumahnya.


“Sepertinya. Tetapi kan Takahiro Morita yang aku maksud bukan anak SMP. Dia bilang kalo dia itu anak SMA. Tapi ya, gak ada salahnya kan mencoba?” Jawabku.


“Yasudah ayo masuk dulu. Tapi kamu jelasin ke aku mengenai masalah kamu ini.” Toru-pun membimbingku masuk kerumahnya.


“Suatu hari, seseorang mengirimiku esemes. Dan dia bilang kalo dia itu Takahiro Morita. Sebenarnya aku juga gak tau siapa itu Takahiro Morita. Dia bercerita banyak hal kepadaku, benar-benar mengasyikkan. Sampai akhirnya handfone ku hilang. Dan saat itu juga aku kehilangan Takahiro Morita-ku juga. Aku sudah mencarinya ke sekolahnya, tetapi Takahiro Morita itu bukan Takahiro Morita yang aku maksud.”


“jadi, kamu minta aku buat memastikan apakah Takahiro Morita yang jago-baske- yang- dimaksud-temanmu-itu, Takahiro Morita-mu atau bukan?”


“Kira-kita begitulah.” Jawabku malu-malu.


Toru memang sahabatku sewaktu SD. Kami bahkan dikira mempunyai hubungan khusus. Dan aku terpaksa meminta bantuannya karena Takahiro yang aku dengar dari sesama karateka itu, Takahiro yang satu sekolahan dengan sahabatku –Toru.


“Hem. Kenapa sih sampe sekarang kamu masih aja nyariin Takahiro itu? Dia gak jelas ada dimana Mi. Mungkin saja waktu itu dia ngarang nama Takahiro yang sebenernya namanya mungkin saja bukan Takahiro.”


“Yah, dia istimewa aja Ru. Dia orang pertama yang ngasih aku puisi. Emang bukan puisi romantis. Tapi itu puisi artinya dalam banget. Aku pengen tau dia lebih banyak, karena dia kayaknya udah tau semuanya tentang aku.”


“Oke, aku coba bantu ya Mi.” Jawab Toru sambil menyodorkan kertas salinan puisi yang tadi ia baca.


“Makasih sebelumnya Ru. Aku tunggu hasilnya.” Jawabku sambil tersenyum puas penuh kelegaan. Semoga saja, ‘Dia’ Takahiro Morita yang selama ini aku maksud.


................................



“Halo Toru?” Selama dua hari ini aku menunggu perkembangan dari Toru mengenai kebenaran Takahiro yang aku maksud di sekolahnya. Dan siang ini aku rasa, dia akan memberiku kabar yang sangat bagus. Tetapi,


“Halo Mi. Maaf, dia bukan Takahiro Morita-mu.” ......................................................



Sial!! Ini bukan sekedar imajinasi aja lho. Ini pengalaman gua. Tapi, cowo itu namanya bukan Takahiro Morita sih... namanya RIZAL ARDIANTO. Kalo penasaran sama puisi yang pernah si Rizal ini kasih ke gua, udah gua publish ko. Di puisinya ada nama penulisnya “Rizal Ardianto”


Hahaha... jujur. Gua masih suka nyari-nyari dia lho. Nyari-nyari keberadaan si Rizal ini.Udah 5tahn yang lalu sih emang. Tapi tetep aja gua kepo sama dia. Karena dia cowo pertama yang ngasih gua puisi.


Bahkan, dia tahu banyak tentang gua. (yang saat itu gua masih kelas 2 SMP dan dia ngakunya kelas 2 SMA.) katanya, kalo gua pulang sekolah bareng temen-temen gua, dia sering liatin gua dari tempat nongkrongannya. Dan katanya juga dia tau banyak hal dari gua karena dia banyak nanya soal gua ke temen-temennya yang notabene temen seangkatan dan se-sekolahan gua waktu SMP.


Sampai kejadian naas itu-pun datang!! Damn. Hape gua ilang!! Gua gak sempet nanya sosmed nya si Rizal apaan. Dan sialnya juga, gua gak nyalin nomor hapenya dia. Bahkan, sampe saat ini gak ada tuh yang namanya Rzal Ardianto lagi di hidup gua. Huuhhuuu... :’( 


Gua sempet nyari-nyari gitu ke temen-temen gua yang udah SMA. Dan salah-satu temen gua bilang kalo emang ada temennya yang namanya Rizal Ardianto –yang gua yakin Rizal yang ngasih gua puisi. Tapi, si Rizal itu katanya udah pindah ke bandung dua hari lalu. Huhuhu... :’( bener gak ya? 


Eits!! Tapi Gua terus berjuang. Dua tahun lalu, temen gua bilang kalo dideket rumahnya ada yang namanya Riza Ardianto yang. Akhirnya gua hubungain lah si Rizal-temen gua itu. Tapi ternyata emang bukan dia si Rizal itu. 


Please dong. RIZAL ARDIANTO. Muncullah!!!!! Masa gua yang harus nyari lu diantara bejibun nama orang RIZAL di duia ini??!! hah!! :@


Lima tahun lu ngebayang-bayangin gua terus!! Lima tahun juga gua timbun rasa penasaran gua tentang lu!! Udah gua baca puisi lu ribuan kali. Sampe gua hafal diluar kepala. Dan sampe tuh kertas lecek-kucel-kumel-banget.


Aaaaarrrrrrrrrrrgh!! Gak ada maksud apa-apa gua nyari lu Rizal!! Cuma pengen aja –tau cowo yang selama ini gua cari.


Haha... jadi sentimen gini dah gua.


.......................................


ENJOY it :D

Selamat Sore :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar