BIFURKASI
Rabu, 01 Juni 2016
Kamis, 03 Desember 2015
About Me = MELANKOLIS
GUA AND MY ‘MELANKOLIS’
Manusia itu dibagi menjadi 4 tipe kepribadian. Yaitu Sanguins,
Koleris, Plegmatis, dan melankolis.
Gua termasuk kedalam kepribadian yang melankolis. Melankolis
bukan berarti dia selalu mellow. Itu gk seluruhnya benar.
Banyak ciri-ciri dari kepribadian Melankolis ini ada di diri
gua. Entah itu cuma sugesty doang, atau emang adanya kaya gitu.
Kekuatan Orang-orang bertipe Melankolis itu:
§
Idealis, teliti, analitis, dan penuh pikiran.
Gua banget. Idelis di diri gua itu ‘pengen
semuanya terlihat perfect’. Perfect menurut persepsi diri gua sendiri. Gua gak
terlalu terliti, bahkan lebih ke sembrono. Haha... analitis, gua banget. Kadang
gua liat apa yang belum tentu orang lain liat dalam sekilas. Misalkan, di
gambar ada perempuan pake baju merah, gua liat sekali dan langsung tau kalo
perempuan itu pake jam tangan lebih dari tiga. Gua itu penuh pikiran, ya gua
emang sering mempertimbangkan semua hal dengan penuh pikiran yang kadang justru
bikin gua ribet sendiri dan sering panik sendiri.
§
Serius dan berorientasi jadwal.
Jangan ditanya, gua sering
serius, tapi gua juga sering nyleneh. Gua tau kapan harus serius dan kapan
harus jadi orang yang freak. Gua suka
menyusun semuanya sesuai jadwal dan perencanaan gua, tapi sering banget jadwal
itu gua abaikan gitu aja. Tapi gua suka nyusun kegiatan-kegiatan gua sesuai
jadwal.
§
Sensitif dan memilih teman dengan hati-hati.
Gua sensitifan banget. Gua kayaknya
manusia paling baperan se-Indonesia. Haha... gua gak memilih teman dengan
hati-hati ko. Semua orang yang emang mau temenan sama gua, ya pasti gua temenin
ko.
§
Standar tinggi dan perfeksionis.
Beuuh... standar tinggi dalam hal
apa nih?? Gua gak berstandar tinggi ko. Perfeksionis?? Pasti. Sampe-sampe adek
gua sering gua bilang “lo ko gak punya aturan dah dek? Baju kotor tuh jangan
disimpen di kamar” “lo gak punya aturan ya?? Lu kan bisa “lo gak punya aturan ya?? Lu kan bisa abis
bangun tidur tuh langsung beresin kamar.” hehe...
§
Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan
kreatif (sering terlalu kreatif).
Haha... yang ini gua banget. Gua sering
kreatif, tapi terlalu kreatif. Waktu itu, plat nomor motor gua miring sebelah
gara” yang buat sangkutannya itu patah sebelah (platnya dipakein tempat dr
plastik gitu), gua iket aja yang sebelah pake tali sepatu gua. Jadi gak miring
lg, haha
Yang baru-baru ini, temen gua mau
ngukur tempat buat bikin panggung gitu... gua dimintain tolong, karna gak ada
meteran atau alat ukur lain, yang gua liat cuma ada tali rafia, akhirnya itu
tali rafia buat pengukur. Tali rafia nya gua ukur pake penggaris 30cm
panjangnya berapa, dan kahirnya tali rafia itu buat ngukurin tempat itu deh. Haha
Gua emang kelewat kreatif.
§
Kalau sudah mulai, dituntaskan.
Yang ini, gak selalu gua lakuin. Cuma
kadang kala doang.
§
Puas di belakang layar dan menghindari
perhatian.
Yang ini bukan gua banget. Gua emang
puas di belakang layar, tapi gua juga pengen nunjukkin diri gua. Gua justru
suka sama perhatian. Gua bukan tipe orang yang introvert, gua ekstrovert.
§
Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi.
Yak... ini juga gua banget.
Sedangkan, kelemahan orang-orang bertipe melankolis yaitu:
- Mengingat
yang negatif & pendendam.
Iya, gua banget itu. Kalo pendendam mah cuma dalam hati ja. Gak sampe dilakuin. Hehe sehari dua hari juga udah gak dendam lagi mah.. :X
- Mudah
merasa bersalah dan tertekan.
Oooh.... gua banget. Gua tuh sering ngerasa kesalahan yang terjadi itu gara-gara ada gua. Sering banget gua ngerasa kaya gitu.
- Lebih
menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan.
Iya, bener banget. Kalo gua dikasih tau caranya kaya gini ya ga lakuin. Walaupun sebenernya tujuannya bukan buat kaya gini. wkwk
- Butuh
banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan.
Gua itu pemikir. Banyak yang harus gua pertimbangkan dari semuanya.
- Tukang
kritik, tetapi sensitif terhadap kritik yg menentang dirinya.
Yang ini gua banget. Sekalinya gua kena kritik gua langsung ‘ish apaan dah itu orang, kaya udah ngerasa bener aja’. Tapi gua itu sering ngritik orang, haha gak sadar diri banget yak gua?? wkwk
- Sulit
bersosialisasi dan mengungkapkan perasaan.
Gak banget... Cuma, gua itu emang susah buat ngungkapin perasaan gua ke orang yang gua suka. Haha
Kelemahan-kelemahan Melankolis:
- Pesimistis / negatif /
besar-besarkan sisi negatif
- Curiga
- Perfeksionis ; jika terlalu ekstrim
membuat tidak nyaman
- Emosi tidak stabil
- Sulit berkeputusan
- Tidak praktis dan lebih teoritis
- Takut gagal
Apa yang harus di perbaiki oleh si Melankolis?
- Hei, tidak ada yang suka orang
berwajah muram
- Jangan mencari kesulitan
- Positif thinking
- Citra diri rendah : carilah sumber
ketidak aman
- Turunkan standar anda
- ingat : tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Santai saja.
Ketahuilah wahai melankolis:
- Ketahulilah bahwa mereka sangat
perasa & mudah sakit hati
- Settingan mereka memang pesimistis
- Belajar berurusan dengan tekanan
jiwa
- Pujilah dengan tulus dan kasih
sayang
- Sadarilah mereka menyukai kesunyian
- Kerapian itu juga perlu.
Cara menaklukan si Melankolis:
Manusia
Melankolis seperti ini membutuhkan dukungan moral untuk hampir semua keputusan
penting yang akan mereka ambil. Tidak sulit untuk memenangkan pertemanan
mereka, karena yang mereka butuhkan hanyalah teman yang bisa terus ada disaat
mereka sedang membutuhkan dukungan moral (yang sangat sering bila dibandingkan
dengan orang-orang lain). Jadilah pendukung mereka, maka mereka akan menjadi
“pasukan” anda.
...........................
That’s me.
Melankolis itu gak sepenuhnya yang paling cengeng ko.
Gua tetep enjoy kalo gua itu Melankolis. Gua justru bangga
kalo gua itu melankolis.
Karena, gua si perfeksionis. Kalo gak ada si Melankolis, gak
akan ada yang teratur.
Minggu, 22 November 2015
OneOkeRock~ Taka addicted
FALLING IN LOVE
Yaampun.... yaampun.... yaampun......
GUA JATUH CINTA. Ya, gua jatuh cinta.
GUA JATUH CINTA LAGI.
Aaaaaaaaaaaaa........
Pagi ini, yah kan kebetulan hari libur... Setelah gua
beres-beres kamar, dan mager banget mau mandi.
Iseng-iseng gua buka laptop dan ngisi diari gua lagi. Hehe
:P
Gua buka folder khusus One Ok Rock tuh. Yah.... iseng-iseng
juga gua liat-liat lagi MV-MV nya. Dan, sampailah di MV C.h.a.o.s.m.y.t.h
*gubrak*
Bang Taka disitu guuuuaaaaanteeeeeeng
buuuuaaaaaangeeeeeeetttth. :P
Eh tapi serius deh. Di MV itu, penampilannya ganteng banget.
Gua baru sadar.
Iya lah. Dulu juga gua bilang kalo bang Taka ganteng. Tapi
ko, lama-lama nyimpen nih MV, lama-lama juga bang Taka gantengnya nambah 5kali
lipat sih. Hehehe :P
Gua jatuh cinta lagi nih sama Bang Taka.
Kocak banget.
Gua senyam-senyum sendiri didepan laptop. Muka gua, gua
deketin ke layar dengan jarak kurang lebih sejengkal aja. Hahaha
Pengen peluk Bang Taka
Pengen dipeluk Bang Taka
Pengen cium Bang Taka.
Pengen dinyanyiin khusus sama Bang Taka
Pengen jadi pacarnya bang Taka.
Pengen nikah sama bang Taka.
*aaaaa. Kabur* #DiKroyokFansTaka
Eh iya. Gua juga kesel nih sama Bang Taka. Gua liat pic.
Dimana gitu... dan fans nya itu lagi nyium Taka. Yaampun.... beruntung banget
sih tuh fans.
Ih. Dasar Taka terong-terongan. :@ nolak kek. Apa kek.
Disosor aja langsung mau. -_-“
Tapi, kalo gua yang minta cium, lu jangan nolak ya bang
Taka. :P heeee
Ini Dia bangTaka, pose-nya ada yang lebih ganteng lagi sih sebenernya... |
...............................................
Ah. Abaikan saja tulisan ini.
Cuma ke-freak-an gua.
Haha. Gua freak? Kayaknya iya deh :P
Bye.
Sabtu, 21 November 2015
ShortStory : Who is Phsyco
ME OR HER?
Saya
tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk menghentikan perilaku anak saya.
Anak saya sudah sangat tidak terkendali. Dia begitu antusias melihat kekacauan
yang terjadi di sekelilingnya dan dia sangat senang melihat penderitaan yang orang
lain alami.
Awalnya
saya menganggap hal itu biasa saja. Sampai saya ingat kejadian yang hampir saja
mencelakai saya beberapa tahun silam. Kejadian yang membuat mata dan hati saya
terbuka. Bahwa segala sesuatunya tidak seindah yang kita harapkan.
Saya
berkenalan dengan Indira di kampus. Kami pernah satu kelas sewaktu masih
semester satu. Indira adalah mantan istri saya dulu. Sekarang saya tidak tahu
Indira berada dimana dan kejadian apa yang menimpa dia. Karena saya pikir,
sekarang saya sudah mempunyai keluarga baru yang tidak seperti keluarga saya
yang dulu. Tetapi pada kenyataannya, sosok Indira kembali hadir di kehidupan
saya. Bukan karena saya masih mencintai Indira, tetapi Indira sudah seperti
bayang-bayang kegelapan yang ada di tembok kamar saya setiap saya tidur dimalam
hari.
Indira
merupakan perempuan yang cantik. Bahkan, yang paling cantik diantara satu
angkatan. Indira dan saya menjalin hubungan pacaran tiga bulan sebelum akhirnya
kami memutuskan untuk meresmikan hubungan kami.
Di
tahun-tahun awal pernikahan kami, semuanya masih baik-baik saja. Menurut saya,
Indira adalah istri idaman saya. Sampai akhirnya kami mempunyai seorang putri,
saya fikir semuanya baik-baik saja.
Malam
itu, suara telpon mengagetkan saya yang tertidur dimeja kantor karena saya
sedang kerja lembur malam itu.
“Halo,
dengan saudara Pambudi?”
“Ya,
dengan saya sendiri. Maaf ini siapa?”
Ternyata,
itu telpone dari kepolisian. Mereka menjelaskan bahwa Indira sedang berada di
kantor polisi. Saya sendiri bingung mengapa Indira berada di kantor polisi.
Semua dugaan berkecamuk di fikiran saya. Saya hanya mencoba untuk berfikiran positif.
Sesampainya
di kantor polisi, saya lebih terkejut lagi melihat Indira. Di pakainnya benyak
sekali noda darah. Saya pun hanya bisa memeluk Indira sembari menenangkan diri
saya sendiri.
Menurut
keterangan pihak kepolisian, Indira telah membunuh seorang perampok yang akan
merampok rumah kami berdua. Indira melakukannya sebagai bentuk pertahanan diri.
Maka yang menjadi korban disini adalah Indira. Dia hanya berstatus sebagai
korban sekaligus saksi.
Dua
minggu setelah perkara tersebut selesai dan semuanya berjalan normal kembali,
Indira menceritakan sesuatu yang membuat saya kaget setangah mati. Dia
menceritakan urutan kronologis sebenarnya kejadian malam itu. Dia berkata bahwa
sebenarnya malam itu ia tidak bisa tidur karena saya sedang kerja lembur. Maka
dia pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Dia mendengan suara pintu yang
berderit pelan. Pintu rumah kami memang tidak selalu terkunci, karena saya malam
itu sedang kerja lembur yang kebetulan tidak membawa serep kunci rumah. Oleh
karena itu Indira tetap berada di dapur. Entah karena sial atau karena hal
lain, perampok tersebut pergi ke dapur dan tidak sengaja menabrak Indira.
Refleks, Indira menusukkan pisau yang ada di tangannya.
Saya
pun kaget akan cerita Indira yang sebenarnya ini. Karena apa yang diceritakan
Indira dalam forum pengadilan, tidak seperti ini. Beberapa kejanggalan seperti
menggelitik fikiran saya. Seperti, mengapa saat indira mendengar pintu rumah
berderit, Indira tidak lantas mengeceknya ke depan? Mengapa Indira justru hanya
diam di dapur seolah menunggu? Dan, sejak kapan Indira menggenggam pisau di
tangannya? Untuk apa Indira menggenggam pisau di tangannya?
Dan
satu perkataan Indira yang langsung membuat saya memutuskan untuk menceraikan
Indira. Yaitu, dia dengan saintainya berkata “saya kira itu papah yang pulang.”
Seolah-olah tujuan utama Indira adalah membunuh saya.
Saya
tidak habis pikir kenapa Indira mau membunuh saya. Setahu saya, saya tidak
melakukan kesalahan apa-apa. Proses perceraian pun berjalan alot. Indira tidak
serta merta begitu saja mengalah kepada saya. Hak asuh putri kami pun menjadi
persoalan yang begitu diperumit. Jalan tengah satu-satunya yaitu kami
berganti-gantian mengasuh putri kami.
Dan
beginilah akhirnya, entah apa yang telah diajarkan Indira kepada putri kami. Saya
ingin Indira pergi sejauh mungkin dari kehidupan keluarga kecil kami. Dan saya
pun memunyai cara agar Indira tidak akan pernah menemui putri kecil kami lagi.
Yaitu dengan membunuhnya. Mungkin ide gila itu akan tetap ada di fikiran saya.
Tetapi, mungkin bisa jadi akan keluar dari kepala saya dan menjadi sebuah
perbuatan.
...............................................................................
Whooooo..... mungkin gak ya di dunia nyata ada kejadian yang kaya gini?
Tadinya
gua mau bikin endingnya itu cuma sampe si suami menceraikan Indira. Tapi entah
kenapa waktu ditulis lagi, endingnya jadi kaya gini. He he he
Enjoy
gaes... :D
Selamat Sore
TestimoniBuku~
Buku "5 CM"
Gua kemaren
baru aja nyelesein 5 cm-nya Donny Dhirgantaro. Gua puas banget setelah baca
buku ini. Entah kenapa, gua seolah-olah jadi diri gua yang baru, diri gua yang
sejatinya emang diri gua. Seolah-olah diri gua yang sebelum baca buku ini tuh
bukan diri gua yang sebenernya. Setelah baca buku ini, gua teriak lega,
lega-selega-leganya. Dan sampai detik ini, gua menerapkan prinsip 5 cm-nya
Arial, Genta, Ian, Riani, Zafran, dan Arinda (tokoh di buku 5 cm).
Lewat buku
ini, mata gua terbuka, hati gua terbuka, dan pikiran gua terbuka lebih
luas-luas-luas lagi. Gua lebih banyak belajar arti kehidupan itu apa. Bahwa
sesungguhnya kita bukan hanya seonggok daging yang mempunyai nama dan hanya
bisa jalan-jalan aja jika kita tidak mau hanya menjadi seonggok daging yang
mempunyai nama yang hanya bisa jalan-jalan aja. Lewat buku ini juga gua belajar
untuk lebih mencintai “Ibu” gua. Baik itu ibu yang melahirkan gua, ataupun ibu
yang selama iini menghidupi gua lewat tanahnya yang selalu gua pijak, lewat airnya
yang selalu gua minum tiap hari, lewat sinar mentarinya yang menghangatkan,
yaitu ibu pertiwi kita, Indonesia.
Gua dapet
beberapa quots keren yang mungkin akan jadi penyemangat gua dalam kegiatan
sehari-hari gua. Dan gua juga nemuin banyak banget ilmu di dalam buku ini.
Entah
keajaiban apa yang seorang Donny berikan untuk kami para pembaca buku ini.
Emang udah ada
filmnya, tapi gua lebih suka baca ketimbang nonton filmnya. Apa yang gua tonton
itu gak mudah gua ingat. Tapi, apa yang gua baca itu, seolah-olah udah ketulis
lagi di memory otak gua. Gua gak nyesel beli buku ini, tapi yang gua sesalin
yaitu kenapa gua baru baca buku ini setelah sekian lama gua beli buku ini. Buku
ini tuh satu-satunya buku di rak buku gua yang belom gua baca. Dan gua nyesel baru
baca buku ini sekarang. Kenapa gak gua baca waktu pertama kali gua beli,
Setelah
menyelesaikan buku ini, gua lebih banyak mikir akan seperti apa hidup gua ini
kedepannya. Bener apa yang dikatakan ini buku, bahwa waktu itu berlalu sungguh
cepat.
“Sekarang jam berapa?”
“Jam sebelas.”
“Sebelas kurang berapa?”
“Kurang dua puluh menit.”
“Dua puluh menit kurang berapa?”
“Kurang lima detik.”
“Lima detik kurang berapa?”
Itu contoh
percakapan yang ada di buku ini. Waktu berjalan sangat cepat. Kita tidak
menyadari sudah melewatkan 0.000000001 detik dengan sia-sia. Jadi, apa yang
manusia katakan bahwa sekarang adalah jam sebelas kurang dua puluh menit adalah
bohong belaka.
Jadi, apakah
kalian masih akan membuang waktu yang berjalan sangat cepat ini dengan sia-sia?
Masih terus membuang waktu 0,00000001 detik ini dengan percuma?
Bahwa manusia
yang bermanfaat adalah manusia yang berguna bagi sesama manusia lain. Apakah
kalian akan jadi manusia yang seperti itu? Atau tetap menjadi manusia terus
menerus meminta bantuan dari orang lain dan hanya mengucapkan “terimakasih”
terus menerus tanpa bisa merasakan bagaimana rasanya diucapkan terimakasih dari
manusia lain?
Apakah kalian
akan menjadi seperti itu?
Semuanya
berawal dari sesuatu yang bernama “MIMPI”. Semua keinginan dan tekad akan
melengkapi mimpi itu terwujud.
Sebuah dialog
yang selalu gua inget dan gua jadiin pirinsip yaitu;
“...betul! begitu juga dengan
mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar taruh
disini.” Ian membawa jari telunjuknya menggantung mengambang didepan
keningnya...
“Kamu taruh disini... jangan
menempel di kening.
Biarkan...
Dia...
Menggantung...
Mengambang...
5 centimeter...
Didepan kening kamu...”
“Jadi dia gak akan pernah lepas
dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu
lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama
diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu gak bisa
menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan
mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita,
keyakinan diri...”
“...Biarkan keyakinan kamu, 5
centimeter menggantung mengambang didepan kening kamu. Dan... sehabis itu yang
kamu perlu... cuma...”
“Cuma kaki yang akan berjalan
lebih jauh dari biasanya, tangan yang
akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari
biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas.”
“Lapisan tekad yang seribu kali
lebih keras dari baja...”
“Dan hati yang akan bekerja lebih
keras dari biasanya...”
“Serta mulut yang akan selalu
berdoa...”
So, gua udah
taruh semua mimpi dan cita-cita gua lima centimeter didepan kening gua. Tinggal
kaki gua, tangan gua, leher gua, hati gua, tekad gua, dan mulut gua yang akan
bekerja lebih keras dan lebih keras dari biasanya.
Gua harus jadi
individidu baru jika gua pengen hidup gua berubah.
“Kehidupan adalah 10% yang terjadi pada dirimu, dan 90% sisanya adalah
bagaimana kamu menjalaninya.”
“Kehidupan adalah 10% yang terjadi pada dirimu, dan 90% sisanya adalah bagaimana kamu menjalaninya.”
So, let’s change the world. :D
Aaaaaarrrrgggh... gua jadi pengen
ngerasain langsung gimana mendaki gunung Mahameru.
Mahameru, suatu saat, gua akan
mendaki punggung lo sampai ke puncaknya. Dan disitu lo akan tau seberapa besar
tekad gua. J
Guys.. gua merekomendasiin kalian
yang udah nonton filmnya maupun yang belom nonton filmnya, baca buku 5
centimeter ini. Kalian akan dapat lebih banyak ilmu lewat bukunya ketimbang
dari filmnya.
Selasa, 27 Oktober 2015
ShortStory : Stranger
HUMAN TRAFFICKING
..........................................................................
Kepalaku
sangat sakit. Pandanganku kabur. Tanganku mati rasa sesaat. Kaki ku juga.
‘Yaampun, apa
ini?’ teriakku dalam hati. Aku benar-benar kaget dengan apa yang terjadi
kepadaku. Disekitar tubuhku banyak sekali balok-balok es batu. Dan balok es
tersebut tergenang darah. Dan terlebih lagi aku kaget karena tidak ada sehelai
baju-pun yang melekat di tubuhku. ‘Apa yang terjadi dengan diriku?’
Rasanya aku
ingin pingsan saja. Rasanya aku tidak ingin bangun dari tidurku tadi.
Rasanya-rasanya-rasanya-dan-rasanya, aku ingin hari ini tidak pernah ada di
hidupku. Pikiranku meracau entah kemana. Imajinasiku berterbangan ke hari-hari
sebelum hari ini. Ke waktu sebelum ini semua terjadi. Ke menit sebelum aku
mengatakan ‘Iya’.
Oiya, aku baru
ingat ‘Iya’ itu apa. Kembali ke memory-ku beberapa jam sebelum aku terbangun
didalam bathtub ini. Seperti hari-hari biasa,
sepulang dari kampus, aku dan teman-temanku yang lainnya hangout ke mal-mal terdekat atau pergi ke pub tempat biasa kami
menghabiskan waktu sampai malam hari. Hari ini, beberapa jam yang lalu, aku
pergi ke pub sendirian. Sebenarnya, aku bolos kuliah hari ini. Fikiranku sedang
kacau. Kedua orangtuaku yang setiap harinya bertengkar, hari ini memutuskan
akan bercerai. Dan parahnya, ayahku sempat menampar kakak-ku hanya karena
kakak-ku tidak setuju dengan keputusan mereka untuk bercerai. Jadilah, di pub
aku sendirian tanpa teman-temanku. Tiba-tiba seseorang menyapa-ku dari
kejauhan.
“Kariiin.... hai???.. apa kabar?”
Oh, ternyata
ini Dewi teman se-SMA ku. Dia si biang heboh. Ternyata masih heboh seperti
dulu.
“Kabar baik Wi, loe apa kabar?”
Jawabku sambil membalas cipika-cipiki khas Dewi.
“Kabar baik juga, eh iya kenalin
ini Rio temen gua. Ri, ini Karin temen SMA gua yang paling cantik se-angkatan.
Hihihi..”
“Kenalin, gue Karin. Si Dewi suka
berlebihan. Yang paling cantik se-angkatan tuh Dewi sendiri lagi..” Jawabku
berusaha merendahkan diri.
“Gue Rionald. Panggil aja Rio
biar lebih akrab..” Jawab Rio sambil menjabat tanganku juga.
Setelah
ngobrol jauh ngalor-ngidul macem-macem, Dewi pamit pulang karena ada
urusan dengan pacar-nya. Tadinya, aku kira si Rio ini pacarnya Dewi. Akhirnya,
aku dan Rio melanjutkan obrolan kami berdua. Seolah olah obrolan kami tiada
habisnya.
Setelah itu,
aku tidak ingat lagi apa yang terjadi denganku. Yang pasti, sampai saat ini aku
masih terbaring di bathub. Aku tidak berani
keluar dari bathub karena surat perintah yang tergeletak tepat disamping
kepalaku.
“Segera telphon nomor ini dan
beritahukan alamat yang tercantum dibawah ini. Jangan sekali-kali mencoba
keluar dari bathub.”
Disampingnya
juga terdapat handphone. Segera kulakukan apa yang ada di surat itu. Menelphone
nomor yang tercantum didalamnya. Ternyata, ini nomor sebuah rumah sakit. Aku
bingung harus mengatakan apa saat ditanya sedang dalam keadaan darurat apa.
Lalu, aku bilang saja jika kaki-ku mati rasa dan ini adalah keadaan yang sangat
darurat. Toh, aku tidak berbohong. Memang kakiku sedang mati rasa.
Sambil
menunggu pihak rumah sakit menuju ke tempat ini, aku berfikir, ‘apa yang
sebenarnya terjadi dengan diriku?’ aku sempat curiga, apakah aku menjadi korban
pemerkosaan? Tetapi, kenapa aku berada di bathub yang penuh dengan es batu ini?
Dan kenapa, tubuhku menjadi mati rasa? Aku tidak merasakan dinginnya es batu
ini. Lalu, kenapa es batu ini penuh dengan darah? Bagian tubuhku yang mana yang
mengeluarkan darah?
Ternyata,
dibelakang kertas perintah tadi ada sebuah tulisan lagi yang berbunyi; “Dibelakang
punggungmu ada dua buah luka. Jika tidak segera ditangani, nyawamu tidak akan
tertolong. Aku jamin itu.”
Aku bingung
harus melakukan apa. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku lakukan. Aku
menengok untuk mengecek luka itu seberapa parah. Aku tidak berani menyentuhnya
karena takut akan menimbulkan darah yang lebih banyak lagi.
‘Ya Tuhan’
luka ini benar-benar parah. Dua sayatan besar ada dibagian bawah punggungku.
Aku terus berdoa semoga pihak rumah sakit segera datang. Aku sudah menelpon
untuk yang ke dua kalinya dan menceritakan kondisiku yang sebenarnya. Dan
mereka berkata akan segera datang ketempat ini.
‘Apakah Rio
yang melakukan ini semua? Apa Dewi juga terlibat dalam hal ini? Atau Dewi tidak
tahu menahu tentang hal ini?’
“Mbak tetap diam disitu, jangan
sekali-kali bergerak ya.” Perintah Suster yang datang ketempat ini.
“Dok, lukanya sangat parah. Apa
sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja?” Tanya suster yang lain.
“Mbak, semalam anda bersama siapa
di tempat ini?” Tanya si Dokter.
“Rio. Namanya Rionald Dok, saya
baru mengenal dia.” Jawabku.
“Anda kehilangan kedua ginjal
anda. Luka ini bekas operasi yang dijahit asal. Apa anda bisa menghubungi
keluarga anda untuk diberitahu mengenai kondisi anda saat ini?” Tanya Dokter
itu lagi.
“Dok, Kita harus mendapatkan
donor ginjal sesegera mungkin. Mbak ini sudah terlalu banyak kehilangan darah
dan terlalu banyak mendapatkan obat penghilang rasa sakit Dok.”
“Ya dok, waktu kita hanya
beberapa jam saja. jika kita memindahkan mbak ini dari bathub, dia akan
kehilangan darah yang lebih banyak lagi.”
Aku hanya memperhatikan
apa yang kedua suster dan dokter ini bicarakan. Aku benar-benar mati rasa,
sampai-sampai aku tidak merasakan tanganku terpasang selang infus. Jadi, inti
dari apa yang mereka bicarakan, adalah aku menjadi korban kejahatan modus baru.
Kedua ginjalku diambil dan diperjual
belikan. Dan kini, nasibku tergantung apa ada yang akan mendonorkan satu
ginjalnya untukku. Karena setahuku, manusia tidak akan hidup tanpa ginjal.
Minimal satu buah ginjal.
Semua-nya
menjadi gelap. Dan aku kembali tertidur. Entah untuk sesaat, atau selamanya.
.............................................................................................
Cerita ini
kisah nyata lhoo... gua terinspirasi buat nulis kisah ini karena gua baca
berita online, dan ada orang yang mengalami hal ini. Kejahatan emang
macem-macem banget caranya. Orang ini, akhirnya meninggal gara-gara gak ada
yang donorin ginjal buat dia. Bukannya gak ada sih, tapi kelamaan buat cari
pendonor yang cocok. Lagian kan gak segampang itu juga buat ngedonorin ginjal.
Miris banget
emang. Padahal mah, harga ginjal di pasar gelap itu Rp.500.000,00 satu ginjal.
Ada-ada aja deh orang yang bisnisnya begituan.
Udah jadi
rahasia umum yaang masih dirahasiain sih pasar gelap itu. Susah ngebongkarnya.
Susah nentuin pihak mana yang paling bersalah.
Semoga aja,
gak ada kasus yang model beginian lagi. Cukup doain yang terbaik aja. Kita gak
bisa berbuat banyak kecuali lindungi diri kita sendiri agar terhindar dari
kejahatan apapun. Dan, jangan mudah percaya sama orang yang baru kita kenal.
Semoga hal ini
bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Amiin....
Good Morning :D
Rabu, 14 Oktober 2015
FanFiction ONE OK ROCK : One Shoot
DE EIKEL
.....................................................................................................
“Thanks, honey bunny sweety...” Dia
menyelipkan sebuah amplop kedalam saku blous
ku. Lalu kututup pintu mobilnya dan melambai sebentar. Lalu aku kembali ke
mobilku dan memulai perjalananku kembali. Cari “orderan”, itu yang selalu
disebut-sebut oleh beberapa temanku atas apa yang aku kerjakan saat ini.
Sebenarnya, sebutan mencari “mangsa” itu lebih tepat menurutku. Aku tidak
pernah sekalipun menganggap apa yang aku lakukan ini merupakan sebuah
pekerjaan. Hanya sambil lalu, cukup have
fun aja. Itu yang setiap saat aku doktrin sendiri kedalam pikiranku. Toh aku
masih berstatus sebagai mahasiswi. Dan ekonomiku juga lumayan.
Sambil menuju ke tempat lain yang sudah aku janjikan sebelumnya, kunyalakan rokok sebatang dan menghisapnya perlahan. Rasa puas memenuhi sebagian rongga kosong yang ada di dadaku. Dan sebagian besar yang lainnya hampa, bahkan sudah hancur. Sempat terlintas sepotong kisah dua tahun lalu, yang segera aku tepis jauh-jauh. Aku hanya tidak ingin “Si Brengsek” ini terus ada difikiranku. Kalau aku bisa, aku akan membunuh “Si Brengsek” ini dari potongan-potongan perjalanan hidupku.
‘Wah,
make-up gua berantakan’ ujarku dalam
hati. Segera kutepikan mobil di bahu jalan yang sudah disediakan dan se-segera
mungkin memperbaiki dandanan-ku. Aku tidak ingin di cap
tidak-profesional-dan-tidak-kompeten dalam urusan hal ini.
Tepat
pukul sembilan malam, aku sudah sampai di lobi hotel dan menunggu seseorang
untuk menjemputku.
“Hai, Akene kan??”
Seseorang menepuk bahuku dari belakang.
Aku gelagapan sekaligus
kaget. Jadi, aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
“Udah lama nunggu?”
tanya-nya
“Gak ko. Baru aja
sampe.” Bohong sedikit tidak apa-apa lah.
Pria
ini, mempunyai nama Toru. Lengkapnya, Yamashita Toru. Tanpa berbasa-basi lagi,
aku dan Toru pun langsung bergegas menuju ke-sebuah tempat yang sudah
dijanjikan. Kami berdua naik mobil Toru, Toru ini agak pemalu dan tidak banyak
bicara.
“Jangan terlalu
terlihat kaku ya?” Katanya
“Gua udah
berpengalaman.” Jawabku asal sambil membenarkan posisi gaun ku.
Dia
menyodorkan sebotol parfum kepadaku dan menunjuk gaunku dengan tangan kanannya.
Aku mengerti apa artinya, karena tadi aku habis meroko. Kusemprot parfum itu
secukupnya dan menaruhnya diatas dashboard mobil.
Aku
dan Toru baru pertama kali bertemu. Kami berkenalan beberapa hari yang lalu
melalui sebuah situs internet. Kami tidak berkencan ataupun sedang dalam masa
penjajakan. Memang inilah “tugas” ku. Aku menemani Toru dan memberinya sebuah
status sementara. Ya, berpura-pura menjadi pacarnya maksudku. Dan pastinya akan
ada imbalan yang setimpal juga untukku.
Kali
ini, berbeda dengan lelaki yang lain, Toru mengajakku ke pesta pernikahan teman
sekolahnya dulu. Aku cukup seiya-sekata saja dengan Toru.
Seperti
biasa juga, seperti laki-laki kebanyakan, Toru-pun tidak hanya menginginkan
sebuah status sementara saja dariku. Lebih dari itu, lebih jauh lagi. Dan seperti
biasa pula, aku meminta imbalan lebih. Ya, aku memang sudah terbiasa dengan hal
ini. Bukan hobi-ku sebenarnya, hanya saja ada rasa puas yang mengambang
dihatiku.
Toru
membawaku kembali ke hotel tempat kami janjian bertemu. Toru pun sudah memesan
sebuah kamar sebelumnya. Dia mempersilahkan aku masuk terlebih dahulu. Lalu,
hal yang sudah seperti biasanya pun terjadi.
Kalian
boleh memanggil aku apapun sesuka kalian. Pelacur? Silahkan. PSK? Silahkan. Hostes? Silahkan. Apapun itu. Asal kalian
tahu saja, aku melakukan ini bukan karena memang aku suka. Aku juga mempunyai
batasan-batasan tersendiri untuk diriku. Contohnya saja, aku tidak akan mau
dicium oleh si lelaki siapapun itu.
Tidak
ada batasan untukku antara puas dan tidak puas. Dan antara cukup dan masih
kurang. Disini, saat ini, si lelaki yang memegang penuh atas kendali diriku. Aku
tidak akan pernah menyesal, justru si lelaki yang akan menyesal. Aku jamin itu.
Toru
sudah selesai “melakukannya” dan mempersilahkan aku jika aku ingin pulang
terlebih dahulu. Aku pun memakai kembali gaunku dan mengambil bayaranku. Kutinggalkan
dia dengan perasaan puas sekaligus kasihan. Aku memandang si Toru ini bagaikan
seonggok daging yang dipenuhi oleh belatung yang akan segera menggerogoti
tubuhnya jika saatnya telah tiba.
Aku
masih menikmati rokokku diatas balkon apartemenku. Memaksa memori-ku memutar
kembali kejadian dua tahun lalu. Bermula dari pacarku yang bernama Tomo, untuk
pertama kalinya seumur hidupku, aku diperkenalkan dengan sesuatu yang bernama sex. Aku sangat mencintai Tomo, tidak
ada lagi yang kupikirkan selain membuat Tomo senang. Jadi, disitulah aku dan
Tomo. Disituasi itulah kami. sampai aku menyadari sesuatu. Tomo mengidap HIV. Aku
mengetahuinya dari dokter saat ada acara amal dikampusku dalam rangka donor
darah. Akupun menyembunyikan hal ini dari orang-orang. Aku sangat membenci
diriku. Aku benci Tomo. Aku benci hidupku. Terlebih lagi, Tomo hanya berkata
bahwa dia tiak menyadari telah menularkan penyakit ini kepadaku. Dan dia angkat
tangan lalu pergi entah kemana.
Mulai
saat itu, aku sangat membenci laki-laki. Akupun akhirnya tahu bagaimana aku
dapat melampiaskan semua ini. Jadi, jadilah aku yang seperti sekarang ini.
Obsesiku,
keinginanku, adalah menularkan penyakit yang aku derita ini kepada semua
laki-laki yang menginginkan aku. Bahkan tidak segan pula, aku “memberikan” ini
kepada temanku.
Entah
sudah berapa banyak laki-laki yang aku tulari. Bahkan, tidak akan cukup hanya
sampai Toru saja. Sampai aku mendapatkan kepuasan, sampai laki-laki ini
meraskan apa yang pernah aku rasakan.
Jika
mereka menginginkan aku, sama saja mereka menginginkan penyakit ini.
.......................................................................
(Dalam bahasa Belanda, De Eikel artinya : Si Brengsek)
Wooo... sikopat gak sih? Agak deh kayaknya
Sekian.
Enjoy gaes..
Selamat Sore :D
Langganan:
Postingan (Atom)