HUMAN TRAFFICKING
..........................................................................
Kepalaku
sangat sakit. Pandanganku kabur. Tanganku mati rasa sesaat. Kaki ku juga.
‘Yaampun, apa
ini?’ teriakku dalam hati. Aku benar-benar kaget dengan apa yang terjadi
kepadaku. Disekitar tubuhku banyak sekali balok-balok es batu. Dan balok es
tersebut tergenang darah. Dan terlebih lagi aku kaget karena tidak ada sehelai
baju-pun yang melekat di tubuhku. ‘Apa yang terjadi dengan diriku?’
Rasanya aku
ingin pingsan saja. Rasanya aku tidak ingin bangun dari tidurku tadi.
Rasanya-rasanya-rasanya-dan-rasanya, aku ingin hari ini tidak pernah ada di
hidupku. Pikiranku meracau entah kemana. Imajinasiku berterbangan ke hari-hari
sebelum hari ini. Ke waktu sebelum ini semua terjadi. Ke menit sebelum aku
mengatakan ‘Iya’.
Oiya, aku baru
ingat ‘Iya’ itu apa. Kembali ke memory-ku beberapa jam sebelum aku terbangun
didalam bathtub ini. Seperti hari-hari biasa,
sepulang dari kampus, aku dan teman-temanku yang lainnya hangout ke mal-mal terdekat atau pergi ke pub tempat biasa kami
menghabiskan waktu sampai malam hari. Hari ini, beberapa jam yang lalu, aku
pergi ke pub sendirian. Sebenarnya, aku bolos kuliah hari ini. Fikiranku sedang
kacau. Kedua orangtuaku yang setiap harinya bertengkar, hari ini memutuskan
akan bercerai. Dan parahnya, ayahku sempat menampar kakak-ku hanya karena
kakak-ku tidak setuju dengan keputusan mereka untuk bercerai. Jadilah, di pub
aku sendirian tanpa teman-temanku. Tiba-tiba seseorang menyapa-ku dari
kejauhan.
“Kariiin.... hai???.. apa kabar?”
Oh, ternyata
ini Dewi teman se-SMA ku. Dia si biang heboh. Ternyata masih heboh seperti
dulu.
“Kabar baik Wi, loe apa kabar?”
Jawabku sambil membalas cipika-cipiki khas Dewi.
“Kabar baik juga, eh iya kenalin
ini Rio temen gua. Ri, ini Karin temen SMA gua yang paling cantik se-angkatan.
Hihihi..”
“Kenalin, gue Karin. Si Dewi suka
berlebihan. Yang paling cantik se-angkatan tuh Dewi sendiri lagi..” Jawabku
berusaha merendahkan diri.
“Gue Rionald. Panggil aja Rio
biar lebih akrab..” Jawab Rio sambil menjabat tanganku juga.
Setelah
ngobrol jauh ngalor-ngidul macem-macem, Dewi pamit pulang karena ada
urusan dengan pacar-nya. Tadinya, aku kira si Rio ini pacarnya Dewi. Akhirnya,
aku dan Rio melanjutkan obrolan kami berdua. Seolah olah obrolan kami tiada
habisnya.
Setelah itu,
aku tidak ingat lagi apa yang terjadi denganku. Yang pasti, sampai saat ini aku
masih terbaring di bathub. Aku tidak berani
keluar dari bathub karena surat perintah yang tergeletak tepat disamping
kepalaku.
“Segera telphon nomor ini dan
beritahukan alamat yang tercantum dibawah ini. Jangan sekali-kali mencoba
keluar dari bathub.”
Disampingnya
juga terdapat handphone. Segera kulakukan apa yang ada di surat itu. Menelphone
nomor yang tercantum didalamnya. Ternyata, ini nomor sebuah rumah sakit. Aku
bingung harus mengatakan apa saat ditanya sedang dalam keadaan darurat apa.
Lalu, aku bilang saja jika kaki-ku mati rasa dan ini adalah keadaan yang sangat
darurat. Toh, aku tidak berbohong. Memang kakiku sedang mati rasa.
Sambil
menunggu pihak rumah sakit menuju ke tempat ini, aku berfikir, ‘apa yang
sebenarnya terjadi dengan diriku?’ aku sempat curiga, apakah aku menjadi korban
pemerkosaan? Tetapi, kenapa aku berada di bathub yang penuh dengan es batu ini?
Dan kenapa, tubuhku menjadi mati rasa? Aku tidak merasakan dinginnya es batu
ini. Lalu, kenapa es batu ini penuh dengan darah? Bagian tubuhku yang mana yang
mengeluarkan darah?
Ternyata,
dibelakang kertas perintah tadi ada sebuah tulisan lagi yang berbunyi; “Dibelakang
punggungmu ada dua buah luka. Jika tidak segera ditangani, nyawamu tidak akan
tertolong. Aku jamin itu.”
Aku bingung
harus melakukan apa. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku lakukan. Aku
menengok untuk mengecek luka itu seberapa parah. Aku tidak berani menyentuhnya
karena takut akan menimbulkan darah yang lebih banyak lagi.
‘Ya Tuhan’
luka ini benar-benar parah. Dua sayatan besar ada dibagian bawah punggungku.
Aku terus berdoa semoga pihak rumah sakit segera datang. Aku sudah menelpon
untuk yang ke dua kalinya dan menceritakan kondisiku yang sebenarnya. Dan
mereka berkata akan segera datang ketempat ini.
‘Apakah Rio
yang melakukan ini semua? Apa Dewi juga terlibat dalam hal ini? Atau Dewi tidak
tahu menahu tentang hal ini?’
“Mbak tetap diam disitu, jangan
sekali-kali bergerak ya.” Perintah Suster yang datang ketempat ini.
“Dok, lukanya sangat parah. Apa
sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja?” Tanya suster yang lain.
“Mbak, semalam anda bersama siapa
di tempat ini?” Tanya si Dokter.
“Rio. Namanya Rionald Dok, saya
baru mengenal dia.” Jawabku.
“Anda kehilangan kedua ginjal
anda. Luka ini bekas operasi yang dijahit asal. Apa anda bisa menghubungi
keluarga anda untuk diberitahu mengenai kondisi anda saat ini?” Tanya Dokter
itu lagi.
“Dok, Kita harus mendapatkan
donor ginjal sesegera mungkin. Mbak ini sudah terlalu banyak kehilangan darah
dan terlalu banyak mendapatkan obat penghilang rasa sakit Dok.”
“Ya dok, waktu kita hanya
beberapa jam saja. jika kita memindahkan mbak ini dari bathub, dia akan
kehilangan darah yang lebih banyak lagi.”
Aku hanya memperhatikan
apa yang kedua suster dan dokter ini bicarakan. Aku benar-benar mati rasa,
sampai-sampai aku tidak merasakan tanganku terpasang selang infus. Jadi, inti
dari apa yang mereka bicarakan, adalah aku menjadi korban kejahatan modus baru.
Kedua ginjalku diambil dan diperjual
belikan. Dan kini, nasibku tergantung apa ada yang akan mendonorkan satu
ginjalnya untukku. Karena setahuku, manusia tidak akan hidup tanpa ginjal.
Minimal satu buah ginjal.
Semua-nya
menjadi gelap. Dan aku kembali tertidur. Entah untuk sesaat, atau selamanya.
.............................................................................................
Cerita ini
kisah nyata lhoo... gua terinspirasi buat nulis kisah ini karena gua baca
berita online, dan ada orang yang mengalami hal ini. Kejahatan emang
macem-macem banget caranya. Orang ini, akhirnya meninggal gara-gara gak ada
yang donorin ginjal buat dia. Bukannya gak ada sih, tapi kelamaan buat cari
pendonor yang cocok. Lagian kan gak segampang itu juga buat ngedonorin ginjal.
Miris banget
emang. Padahal mah, harga ginjal di pasar gelap itu Rp.500.000,00 satu ginjal.
Ada-ada aja deh orang yang bisnisnya begituan.
Udah jadi
rahasia umum yaang masih dirahasiain sih pasar gelap itu. Susah ngebongkarnya.
Susah nentuin pihak mana yang paling bersalah.
Semoga aja,
gak ada kasus yang model beginian lagi. Cukup doain yang terbaik aja. Kita gak
bisa berbuat banyak kecuali lindungi diri kita sendiri agar terhindar dari
kejahatan apapun. Dan, jangan mudah percaya sama orang yang baru kita kenal.
Semoga hal ini
bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Amiin....
Good Morning :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar