Senin, 03 Agustus 2015
FanFiction ONE OK ROCK (Homogen)
Ya, hari ini adalah hari pernikahanku. Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Tapi tidak olehku. Aku sangat benci hari ini. Hari dimana aku merasa sebagai pecundang sejati yang tidak mampu mengatakan “Tidak!” untuk pilihan yang tidak aku sukai. Hari dimana aku menyakiti perasaan seseorang yang sangat aku cintai. Terlebih karena memang aku sudah sering menyakitinya, aku tidak akan sanggup untuk menyakitinya lebih dalam lagi. Hanya karena dia “berbeda”, dan aku pun “berbeda”. Perbedaan itu yang menjadi jurang pembatas diantara kami.
..........................................................
Takahiro
Benar-benar sial!! Hari yang sangat sial buat gue! Bayangkan, hari ini hari yang gue tunggu-tunggu, tapi sangat gua benci!!
Gak hanya sampai disitu kesialan gue hari ini, pagi tadi, seluruh alarm dirumah gua menyala semua hampir berbarengan. Mengganggu tidur nyenyak gue. Gue bisa pastiin ini semua ulah siapa. Ya, ulah “Dia” si biang jahil biang kerok. Terpaksa, gue sudahi tidur nyenyak gue dan mematikan semua alarm menyebalkan itu. Mood gue terganggu, dan gue gak bisa tidur lagi. Gue putusin buat dateng ke acara pernikahannya “Dia”, habisnya gue gak tahu hari ini mesti ngapain. Gue memang sakit hati. Sakit hati banget sama “Dia”. Apalagi setelah dua tahun kebersamaan kita, dia justru menyetujui perjodohan yang dilakukan orangtuanya. Tanpa memperjuangkan gue dulu. Catet ya! Tanpa memperkenalkan ke orang tuanya kalo sebenernya gue adalah pacarnya.
Toh, walaupun dia sudah menikah, kita masih bisa berhubungan. Kita masih pacaran. Gue tahu banget kalo dia gak bakal betah sama pasangan nya.
Gue pake Tuxedo lama gue. Yang menurut gue udah agak kekecilan sedikit. Tapi masih muat lah dibadan gua.
Gue hapus sisa-sisa nangis semalam. Gue usap kelopak mata gue pake spons bedak dengan pelan-pelan. Rasanya memang gak menyakitnya, tapi kalau kebanyakan kan malu juga. Ketauan, masa cowok pake bedak di matanya. Sisa bengkaknya sudah tidak terlalu kentara lagi. Gue bisa sedikit lega sekarang.
Gue sengaja naik bus yang jalurnya muter untuk sampai di sebuah gereja tempat berlangsungnya pemberkatan mereka. Hampir semua kursi sudah terisi. Tapi gue masih kebagian tempat duduk di area kursi paling belakang. Acara dimulai pukul 10.00 tepat.
Mereka berdua memang terlihat serasi di mata semua orang. Tetapi tidak buat gue. Seharusnya, gue yang ada di samping “Dia” dan bergandengan lengan dengannya.
Gue gak bisa menahan amarah gue saat pemberkatan selesai dan pengantin pria mencium bibir pengantin wanita. Ingin rasanya gue merangsek ke depan dan mengacaukan semuanya. Tetapi akal sehat gue masih bisa menguasai otak gue buat gak berbuat hal semacam itu.
..................................................................
Aku ingin menangis saat melihat ia ternyata menatapku saat aku berciuman dengan pasanganku tadi. Aku merasa sangat bersalah. Padahal aku sudah berjanji, bahwa aku tidak akan melakukan hal tersebut. Tetapi karena desakan para anggota keluarga yang terus menyorakiku, akhirnya aku dengan terpaksa mencium pasanganku juga. Andai aku bisa memilih (lagi), aku pasti akan sangat senang jika ia yang mendampingiku di atas podium saat pemberkatan tadi. Dan lagi pula, aku lebih suka ciumannya dibanding dengan pasanganku ini.
Hanya kata maaf yang bisa kuucapkan dalam hati yang bisa kulakukan sementara ini saja.
.........................................................................
Takahiro
Gue gak akan pernah bisa marah lagi sama dia. Dia terlalu banyak mengalah buat gue. Tapi kadang, emosi lebih mendominasi hati gue, keegoisan gue sampai pada puncaknya. Gue membabi buta. Seperti malam ini, yang akan terus gue sesali sepanjang sisa hidup gue.
Gue nampar “dia” secara gak sadar. Yang membuat dia juga menahan amarah lalu pergi ninggalin gua sendirian dirumah. Masalahnya?? Adegan ciuman di pernikahan waktu beberapa hari yang lalu. Sebelumnya, gue sama dia sudah membicarakan hal ini, dan kita sepakat gak bakal ada adegan ciuman didepan khalayak ramai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar