Minggu, 22 November 2015

OneOkeRock~ Taka addicted



FALLING IN LOVE




Yaampun.... yaampun.... yaampun......


 GUA JATUH CINTA. Ya, gua jatuh cinta.


GUA JATUH CINTA LAGI.


Aaaaaaaaaaaaa........


 Pagi ini, yah kan kebetulan hari libur... Setelah gua beres-beres kamar, dan mager banget mau mandi.


Iseng-iseng gua buka laptop dan ngisi diari gua lagi. Hehe :P


Gua buka folder khusus One Ok Rock tuh. Yah.... iseng-iseng juga gua liat-liat lagi MV-MV nya. Dan, sampailah di MV C.h.a.o.s.m.y.t.h *gubrak*


Bang Taka disitu guuuuaaaaanteeeeeeng buuuuaaaaaangeeeeeeetttth. :P


Eh tapi serius deh. Di MV itu, penampilannya ganteng banget.


Gua baru sadar.


Iya lah. Dulu juga gua bilang kalo bang Taka ganteng. Tapi ko, lama-lama nyimpen nih MV, lama-lama juga bang Taka gantengnya nambah 5kali lipat sih. Hehehe :P


 Gua jatuh cinta lagi nih sama Bang Taka.


Kocak banget.
Gua senyam-senyum sendiri didepan laptop. Muka gua, gua deketin ke layar dengan jarak kurang lebih sejengkal aja. Hahaha


Pengen peluk Bang Taka


Pengen dipeluk Bang Taka


Pengen cium Bang Taka.


Pengen dinyanyiin khusus sama Bang Taka


Pengen jadi pacarnya bang Taka.


Pengen nikah sama bang Taka.


*aaaaa. Kabur* #DiKroyokFansTaka


 Eh iya. Gua juga kesel nih sama Bang Taka. Gua liat pic. Dimana gitu... dan fans nya itu lagi nyium Taka. Yaampun.... beruntung banget sih tuh fans.


Ih. Dasar Taka terong-terongan. :@ nolak kek. Apa kek. Disosor aja langsung mau. -_-“
Tapi, kalo gua yang minta cium, lu jangan nolak ya bang Taka. :P heeee


 

Ini Dia bangTaka, pose-nya ada yang lebih ganteng lagi sih sebenernya...



...............................................
 



Ah. Abaikan saja tulisan ini.


Cuma ke-freak-an gua.


Haha. Gua freak? Kayaknya iya deh :P


Bye.



Sabtu, 21 November 2015

ShortStory : Who is Phsyco



ME OR HER?


     Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk menghentikan perilaku anak saya. Anak saya sudah sangat tidak terkendali. Dia begitu antusias melihat kekacauan yang terjadi di sekelilingnya dan dia sangat senang melihat penderitaan yang orang lain alami.



     Awalnya saya menganggap hal itu biasa saja. Sampai saya ingat kejadian yang hampir saja mencelakai saya beberapa tahun silam. Kejadian yang membuat mata dan hati saya terbuka. Bahwa segala sesuatunya tidak seindah yang kita harapkan.



     Saya berkenalan dengan Indira di kampus. Kami pernah satu kelas sewaktu masih semester satu. Indira adalah mantan istri saya dulu. Sekarang saya tidak tahu Indira berada dimana dan kejadian apa yang menimpa dia. Karena saya pikir, sekarang saya sudah mempunyai keluarga baru yang tidak seperti keluarga saya yang dulu. Tetapi pada kenyataannya, sosok Indira kembali hadir di kehidupan saya. Bukan karena saya masih mencintai Indira, tetapi Indira sudah seperti bayang-bayang kegelapan yang ada di tembok kamar saya setiap saya tidur dimalam hari.



     Indira merupakan perempuan yang cantik. Bahkan, yang paling cantik diantara satu angkatan. Indira dan saya menjalin hubungan pacaran tiga bulan sebelum akhirnya kami memutuskan untuk meresmikan hubungan kami.



     Di tahun-tahun awal pernikahan kami, semuanya masih baik-baik saja. Menurut saya, Indira adalah istri idaman saya. Sampai akhirnya kami mempunyai seorang putri, saya fikir semuanya baik-baik saja.



     Malam itu, suara telpon mengagetkan saya yang tertidur dimeja kantor karena saya sedang kerja lembur malam itu.



“Halo, dengan saudara Pambudi?”


“Ya, dengan saya sendiri. Maaf ini siapa?”



     Ternyata, itu telpone dari kepolisian. Mereka menjelaskan bahwa Indira sedang berada di kantor polisi. Saya sendiri bingung mengapa Indira berada di kantor polisi. Semua dugaan berkecamuk di fikiran saya. Saya hanya mencoba untuk berfikiran positif.



     Sesampainya di kantor polisi, saya lebih terkejut lagi melihat Indira. Di pakainnya benyak sekali noda darah. Saya pun hanya bisa memeluk Indira sembari menenangkan diri saya sendiri.



     Menurut keterangan pihak kepolisian, Indira telah membunuh seorang perampok yang akan merampok rumah kami berdua. Indira melakukannya sebagai bentuk pertahanan diri. Maka yang menjadi korban disini adalah Indira. Dia hanya berstatus sebagai korban sekaligus saksi.



     Dua minggu setelah perkara tersebut selesai dan semuanya berjalan normal kembali, Indira menceritakan sesuatu yang membuat saya kaget setangah mati. Dia menceritakan urutan kronologis sebenarnya kejadian malam itu. Dia berkata bahwa sebenarnya malam itu ia tidak bisa tidur karena saya sedang kerja lembur. Maka dia pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Dia mendengan suara pintu yang berderit pelan. Pintu rumah kami memang tidak selalu terkunci, karena saya malam itu sedang kerja lembur yang kebetulan tidak membawa serep kunci rumah. Oleh karena itu Indira tetap berada di dapur. Entah karena sial atau karena hal lain, perampok tersebut pergi ke dapur dan tidak sengaja menabrak Indira. Refleks, Indira menusukkan pisau yang ada di tangannya.



      Saya pun kaget akan cerita Indira yang sebenarnya ini. Karena apa yang diceritakan Indira dalam forum pengadilan, tidak seperti ini. Beberapa kejanggalan seperti menggelitik fikiran saya. Seperti, mengapa saat indira mendengar pintu rumah berderit, Indira tidak lantas mengeceknya ke depan? Mengapa Indira justru hanya diam di dapur seolah menunggu? Dan, sejak kapan Indira menggenggam pisau di tangannya? Untuk apa Indira menggenggam pisau di tangannya?



     Dan satu perkataan Indira yang langsung membuat saya memutuskan untuk menceraikan Indira. Yaitu, dia dengan saintainya berkata “saya kira itu papah yang pulang.” Seolah-olah tujuan utama Indira adalah membunuh saya.



     Saya tidak habis pikir kenapa Indira mau membunuh saya. Setahu saya, saya tidak melakukan kesalahan apa-apa. Proses perceraian pun berjalan alot. Indira tidak serta merta begitu saja mengalah kepada saya. Hak asuh putri kami pun menjadi persoalan yang begitu diperumit. Jalan tengah satu-satunya yaitu kami berganti-gantian mengasuh putri kami.



     Dan beginilah akhirnya, entah apa yang telah diajarkan Indira kepada putri kami. Saya ingin Indira pergi sejauh mungkin dari kehidupan keluarga kecil kami. Dan saya pun memunyai cara agar Indira tidak akan pernah menemui putri kecil kami lagi. Yaitu dengan membunuhnya. Mungkin ide gila itu akan tetap ada di fikiran saya. Tetapi, mungkin bisa jadi akan keluar dari kepala saya dan menjadi sebuah perbuatan.
 



...............................................................................
 


Whooooo..... mungkin gak ya di dunia nyata ada kejadian yang kaya gini?


Tadinya gua mau bikin endingnya itu cuma sampe si suami menceraikan Indira. Tapi entah kenapa waktu ditulis lagi, endingnya jadi kaya gini. He he he


Enjoy gaes... :D


Selamat Sore 




TestimoniBuku~



Buku "5 CM"

 




     Gua kemaren baru aja nyelesein 5 cm-nya Donny Dhirgantaro. Gua puas banget setelah baca buku ini. Entah kenapa, gua seolah-olah jadi diri gua yang baru, diri gua yang sejatinya emang diri gua. Seolah-olah diri gua yang sebelum baca buku ini tuh bukan diri gua yang sebenernya. Setelah baca buku ini, gua teriak lega, lega-selega-leganya. Dan sampai detik ini, gua menerapkan prinsip 5 cm-nya Arial, Genta, Ian, Riani, Zafran, dan Arinda (tokoh di buku 5 cm).



     Lewat buku ini, mata gua terbuka, hati gua terbuka, dan pikiran gua terbuka lebih luas-luas-luas lagi. Gua lebih banyak belajar arti kehidupan itu apa. Bahwa sesungguhnya kita bukan hanya seonggok daging yang mempunyai nama dan hanya bisa jalan-jalan aja jika kita tidak mau hanya menjadi seonggok daging yang mempunyai nama yang hanya bisa jalan-jalan aja. Lewat buku ini juga gua belajar untuk lebih mencintai “Ibu” gua. Baik itu ibu yang melahirkan gua, ataupun ibu yang selama iini menghidupi gua lewat tanahnya yang selalu gua pijak, lewat airnya yang selalu gua minum tiap hari, lewat sinar mentarinya yang menghangatkan, yaitu ibu pertiwi kita, Indonesia.



     Gua dapet beberapa quots keren yang mungkin akan jadi penyemangat gua dalam kegiatan sehari-hari gua. Dan gua juga nemuin banyak banget ilmu di dalam buku ini.



     Entah keajaiban apa yang seorang Donny berikan untuk kami para pembaca buku ini.



     Emang udah ada filmnya, tapi gua lebih suka baca ketimbang nonton filmnya. Apa yang gua tonton itu gak mudah gua ingat. Tapi, apa yang gua baca itu, seolah-olah udah ketulis lagi di memory otak gua. Gua gak nyesel beli buku ini, tapi yang gua sesalin yaitu kenapa gua baru baca buku ini setelah sekian lama gua beli buku ini. Buku ini tuh satu-satunya buku di rak buku gua yang belom gua baca. Dan gua nyesel baru baca buku ini sekarang. Kenapa gak gua baca waktu pertama kali gua beli,



     Setelah menyelesaikan buku ini, gua lebih banyak mikir akan seperti apa hidup gua ini kedepannya. Bener apa yang dikatakan ini buku, bahwa waktu itu berlalu sungguh cepat.



“Sekarang jam berapa?”


“Jam sebelas.”


“Sebelas kurang berapa?”


“Kurang dua puluh menit.”


“Dua puluh menit kurang berapa?”


“Kurang lima detik.”


“Lima detik kurang berapa?”



     Itu contoh percakapan yang ada di buku ini. Waktu berjalan sangat cepat. Kita tidak menyadari sudah melewatkan 0.000000001 detik dengan sia-sia. Jadi, apa yang manusia katakan bahwa sekarang adalah jam sebelas kurang dua puluh menit adalah bohong belaka.



     Jadi, apakah kalian masih akan membuang waktu yang berjalan sangat cepat ini dengan sia-sia? Masih terus membuang waktu 0,00000001 detik ini dengan percuma?



     Bahwa manusia yang bermanfaat adalah manusia yang berguna bagi sesama manusia lain. Apakah kalian akan jadi manusia yang seperti itu? Atau tetap menjadi manusia terus menerus meminta bantuan dari orang lain dan hanya mengucapkan “terimakasih” terus menerus tanpa bisa merasakan bagaimana rasanya diucapkan terimakasih dari manusia lain?



Apakah kalian akan menjadi seperti itu?



Semuanya berawal dari sesuatu yang bernama “MIMPI”. Semua keinginan dan tekad akan melengkapi mimpi itu terwujud.



Sebuah dialog yang selalu gua inget dan gua jadiin pirinsip yaitu;


“...betul! begitu juga dengan mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar taruh disini.” Ian membawa jari telunjuknya menggantung mengambang didepan keningnya...


“Kamu taruh disini... jangan menempel di kening.


Biarkan...


Dia...


Menggantung...


Mengambang...


5 centimeter...


Didepan kening kamu...”


“Jadi dia gak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu gak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri...”


“...Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang didepan kening kamu. Dan... sehabis itu yang kamu perlu... cuma...”


“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari  biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas.”


“Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja...”


“Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya...”


“Serta mulut yang akan selalu berdoa...”



 So, gua udah taruh semua mimpi dan cita-cita gua lima centimeter didepan kening gua. Tinggal kaki gua, tangan gua, leher gua, hati gua, tekad gua, dan mulut gua yang akan bekerja lebih keras dan lebih keras dari biasanya.


Gua harus jadi individidu baru jika gua pengen hidup gua berubah.


 


“Kehidupan adalah 10% yang terjadi pada dirimu, dan 90% sisanya adalah bagaimana kamu menjalaninya.”

 



So, let’s change the world. :D


Aaaaaarrrrgggh... gua jadi pengen ngerasain langsung gimana mendaki gunung Mahameru.


Mahameru, suatu saat, gua akan mendaki punggung lo sampai ke puncaknya. Dan disitu lo akan tau seberapa besar tekad gua. J


Guys.. gua merekomendasiin kalian yang udah nonton filmnya maupun yang belom nonton filmnya, baca buku 5 centimeter ini. Kalian akan dapat lebih banyak ilmu lewat bukunya ketimbang dari filmnya.