Selasa, 05 Agustus 2014

FanFiction: Crows Zero





Bagian 1



  





































.............................................................



"Suzuran School" sekolah terkeren dikota ini. Sekolah yang hanya dihuni mahluk-mahluk berjenis kelamin laki-laki. Ya, tidak ada mahluk perempuan yang bersekolah disekolahku ini. Benar, aku bersekolah di Suzuran School. Saat ada orang atau teman, atau kerabat bertanya kepadaku: 



  "Loe sekolah dimana?"
  "Suzuran" dengan bangga aku membusungkan dada. Menyebut nama sekolah itu. 


 Kenapa aku sebut sekolah terkeren? 'karena memang sekolah ini keren' setidaknya menurutku dan anak-anak lain yang berstatus sama denganku __Murid Suzuran. Aku bisa mengatakannya keren karena disini, ditempat ini, tidak ada yang namanya bullying ataupun tawuran seperti disekolah-sekolah lainnya. Aku selalu menenemkan dan menerapkan kata-kata "Kita melangkah dan menang bukan menggunakan otak kita. Bukan dengan otot kita."Kau tahu kenapa mereka menurut denganku? dan mereka akan mematuhi setiap perintahku? karena, akulah "King of Suzuran". Aku serius. Tetapi, aku bukan anak kepala sekolah atau anak dari pemilik sekolah ini. Aku hanya anak seorang 'Yakuza' yang kebetulan mempunyai pemikiran dan hati yang baik yang peduli akan masa depan bumi ini. Terutama sekolah dan kota ini. /ciiieeee/



    "Gen-san. Sepulang skolah gua ikut loe ya? kemanapun." Makise mendatangiku. Nafasnya masih memburu.
    "Oke Mak-san. Tapi gua mau ketempat les dulu." 


Maki hanya bisa melongo. Ia temanku. Aku menganggapnya seorang teman yang pintar dan pandai, karena memang dia pandai menganalisis jawaban apa yang tepat dari setiap pertanyaan guru yang dilontarkan untuknya, walaupun sebenarnya ia tidak tau pasti apakah itu jawabannya. Penampilannya lumayan baik, ketimbang dulu saat aku berknalan dengannya __saat sekolah ini masih kacau balau. Ia telah tinggal kelas selama 2kali berturut-turut. Awal pertemuan kami, saat itu ia mengenakan seragam kebanggaannya __tentunya seragam Suzuran School, menantangku berduel. Siapa yang kuat, dialah yang akan menjadi peminpin, sedangkan yang kalah menjadi pengikut. Aku yang saat itu masih menjabat sebagai "anak baru, anak ingusan" mengiyakan tantangannya. Aku memenangkan duel itu yang berakibat Maki kehilangan satu gigi depannya karena terkena lututku. Akupun segera meminta maaf, dan mike menjadi satu-satunya pengikutku saat itu. 


    "Haha Mak-san. kali aja loe bisa nemuin cewe disana." aku merangkul dan mengajaknya untuk segera keluar dari sekolah ini __karena memang sudah waktunya untuk pulang sekolah. 


 Makise kaka kelasku. Ia sebebntar lagi akan lulus sekolah. Usianya 20 tahun, beda 4 tahun denganku.



Makise merupakan tipe cowok yang tidak setia alias playboy. Tidak tidak, dia bukan tipe cowok yang suka mempermainkan cewek.Misalnya:
   “Moshimoshi Ne-chan, bagaimana kencan kita hari ini?”
  “.....*sunyi*.....”
  “Sudah kukirim fotoku kan?”
  “.....*sunyi lagi*.....”
  “Aku berfoto dengan Genji-san. Dia teman baikku. Kau pasti mengetahui dia. Keren bukan?” mungkin Maki bermaksud sombong. Tapi entahlah.... hasilnya akan bagaimana.
  “Kau yang sebelah mana?” Memang terdengar ketus omongan Ne-chan. Walaupun, mungkin, bermaksud lain.
  “Kiri Ne-chan” Jika kalian melihat ekspresi Maki, pastinya akan terpingkal-pingkal melihat ia begitu berbinar-binar.
 

Makise juga merupakan tipe cowok yang tidak narsis alias anti kamera. Bukan karena dia benar-benar anti kamera, tetapi lebih karena ia sendiri merasa tidak patut dibidik oleh lensa kamera. Lain hal-nya saat ia akan mengirimi foto untuk Ne-chan. Pagi-pagi sekali Maki menghadangku dipintu gerbang sekolah. Ia bertanya apakah ia boleh berfoto denganku? Tentu saja aku menolak __aku menolak karena alasan aku anti kamera juga __bukan seperti mike __tetapi karena aku merasa foto diriku merupakan privasi yang harus dijaga. Seperti yang sudah-sudah, Makise akan memohon, bersujud, jika keinginannya tidak dipenuhi __terutama olehku. Dan seperti yang sudah-sudah juga, aku mengalah dan menuruti apa mau Mak-san. Ia memanggil Yamada-san, satpam sekolah, untuk mengambil foto kami berdua. Sebenarnya, sudah berpuluh-puluh kali aku berfoto dengannya, sampai aku merasa sangat bosan. Dan sudah berkali-kali juga, setiap kita berfoto, berlatarbelakang taman sekolah, dibawah pohon sakura __yang hanya batangnya saja, memakai seragam sekolah, Maki dengan seringai ganas tetapi berusaha tersenyum semanis mungkin, aku yang tanpa ekspresi agar tetap terlihat cool, dan selalu difoto oleh Yamada-san. Sangat membosankan. Entahlah kenapa foto kita tidak ada yang dia simpan. Mungkin itu hobinya. Aku juga tidak tahu.
Dan hasilnya:


   “Ternyata kau itu botak!” sungguh. itu terdengar seperti hardikan.
  “Ya. Si botak yang manis. Seperti kau bilang tadi.” Ia mengelus-elus kepalanya dan berseringai seperti yang ada difoto.
  “Tidak. Bukan. Aku cabut kembali kata-kata ku barusan.”
  “...*kecewa*...”
  “Aku tidak bisa lagi menghubungimu. Dan jangan hubungi aku lagi. Kencan kita hari ini dibatalkan. Aku harus membantu ibuku berjualan kue ikan.”
 

Tuut... Tuuut.... Tuuuut.... 


Oooh... Kasihan sekali Maki. Ia ditinggal gebetannya. Betapa kejam Ne-chan itu. Tahu tidak apa reaksi Maki? Datar. Ia tidak menangis atau menampakkan muka sedih nya. Ya, begitulah Maki. Makise sangat terobsesi dengan mahluk yang berlabel “Cewek”. Sehingga ia membuat motto utuk ia terapkan dikehidupannya. Motto itu: ‘Sedari sekarang, menentukan satu pendamping hidup yang tepat.’ Dan sampai sekarang ia masih menentukan. 
    “Tamao!!” Aku melambaikan tangan. Mike __yang ada disampingku, juga melambaikan tangan.  Tamao membalas lambaian tangan kami. 


Tamao itu, uuummm..... aku mulai bercerita darimana ya? Uuuummmm, agaknya dia salah satu orang yang susah untuk dideskripsikan. Ia kaka kelasku. Satu angkatan dengan Mike, namun mereka tidak berada di satu kelas. Kebanyakan anak memanggilnya dengan nama keluarganya saja, yaitu Serizawa-san. Tamao sangat suka bermain catur. Aku beritahu, aku sangat payah dalam permainan yang satu itu. Seringkali aku menolak ajakannya. Namun tidak jarang juga aku menerima tantangannya, hanya untuk meneyenangkannnya saja.


Dulunya, Tamao merupakan King of Suzuran. Entah darimana ia menunjukku untuk meneruskan jabatannya itu. Tidak semudah dari yang diperkirakan untuk menjadi king of suzuran, aku harus melewati beberapa tahapan yang diberikan oleh Tamao. Tamao-pun begitu, ia mendapatkan kekuasaan The king dari Noboru-san. Noboru-san merupakan orang yang sangat bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi di Suzuran __Noboru-san juga sangat sadis dan licik. Tahu tidak betapa menderitanya Tamao-san saat berjuang mendapatkan jabatan the king itu? Kuberitahu sedikit kesadisan Noboru-san, dia memeberi 12 tahapan menyakitkan dan 15 tahapan memalukan. Salah satu tahapan “menyakitkan” itu adalah dia harus memenangkan pertarungan meminum sake dengan raja minum sake disekolah yaitu RindaMan __dia anak laki-laki tertinggi di Suzuran yang tingginya hampir 2 meter. Dan salah satu tahapan “memalukan” yaitu dia harus menyamar menjadi hostes disalah satu bar di pinggiran kota,  jika ada laki-laki yang menyewanya dan mengajaknya ke salah satu hotel terdekat dan disaat itulah penyamarannya harus ia bongkar. Lebih parah lagi, video saat ia menjadi hostes akan disebarluaskan diseluruh penjuru sekolah. Jika “calon the king” tidak bisa melewati setengah dari tantangan tersebut, maka dia dianggap gugur dan akan keluar dari sekolah jika tidak ingin dipermalukan setiap hari selama sisa tahun ajaran sekolah.


Untungnya Tamao sangat beruntung, atau memang karena ia hebat, ia dapat melewati lebih dari setengah tantangan-tantangan yang diberikan oleh Noboru-san. Dengan terpaksa __dan harus rela, Noboru-san melepas jabatannya itu. Untungnya lagi, aku __ya aku, dengan gampangnya mendapatkan jabatan sebagai the king tanpa kesulitan yang berarti.


 Siang itu,



  “Takiya Genjiiiiii....!”
Aku menoleh kearah sumber suara.
  “Apa loe yang namanya Takiya Genji?”
Aku menutup komik yang sedang aku baca. “Ya. gua Genji”
  “Ooh. Jadi loe Takiya-san” Ia menoleh kearah teman-temannya yang ada dibelakang __mungkin lebih tepatnya anak buahnya. Lalu ia tertawa. Anehnya teman-temannyan juga ikut tertawa. 


Aku hanya terheran-heran melihat mereka. Apa maksudnya coba, hanya dengan menatap teman-temannya, ia yang sedang tertawa, teman-temannya juga ikut tertawa. Apa karena mereka tidak mempunyai selera humor yang bagus? Atau justru karena selera humor mereka seperti itu? Segala sesuatu yang ditertawakan oleh Tamao-san, mereka pikir itu lucu?. Entahlah...


Aku juga heran, baru kali ini ada manusia yang menertawakan namaku. Bukan menertawakan karena namaku jelek, tetapi karena tertawa bahagia. Coba saja bayangkan, seseorang menyebut namamu sambil tertawa dan bertepuk tangan. Sungguh bahagia sekali orang itu, hanya menyebut nama saja, ia dapat tertawa dan membaginya dengan orang lain __lewat tanda dengan sebuah kerlingan mata.
  

Setelah beberapa saat aku diam dan terheran-heran dengannya,
  “Mau loe apa?”
  “ooh mau gua? Mau gua ini!” Ia menarik kerah leherku.
Akupun mengikuti arah tarikan tangannya yang menghadapkan aku tepat didepan wajahnya.
  “Apa loe tertarik menjadi the king?” Kini senyumnya sangatlah bersahabat. 


Cepat-cepat aku mengangguk seperti boneka keberuntungan di toko-toko milik orang tionghoa yang berbentuk kucing.


Cepat-cepat pula ia memberitahu apa saja persyaratan yang harus aku lakukan untuk menjadi The King Of Suzuran.


Aku tersenyum sumringah bak laki-laki yang menang undian lotre. 



...................................................................... 

Foto 1 : Takashi Makise 


Foto 2 : Takiya Genji 


Foto 3 : Serizawa Tamao  


Publish juga :D wekaweka :P


uuuggghhhh.............. maksa banget ya buat publish :V 


maaf banget kalo banyak yang gak suka. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar