(Belum Ada Judul) Part. IV
Hari ini, Tayuko tidak terlihat seperti
biasanya. Ia terlihat sangat murung. Bento yang sejak tadi ada dihadapannya pun
tak disentuhnya sama sekali. Korie yang sejak tadi ada dihadapannya pun ia
hiraukan. Ia terus memandangi guratan-guratan halus yang ada di meja.
“Tayuko! Hello.... Tayuko!!” Korie melambai-lambaikan tangannya dihadapan
Tayuko. Tetapi, tayuko tidak merespon apa-apa.
Sampai bel berdentang-pun, Tayuko masih pada
posisinya. Ia juga tidak menyadari bahwa anak-anak yang lainnya telah memasuki
kelas kembali. Yang Korie bisa lakukan hanya menghelakan nafas pelan.
Memandangi temannya yang terus menerus memandangi meja dan tetap pada posisinya
sejak dari bel tanda istirahat berdentang.
Memang, banyak sekali hal yang sedang
berkecamuk difikirannya. Bahkan, ia pun tidak tahu bagaimana caranya bisa
sampai ke sekolah. Padahal, ia sama sekali sedang tidak ingin bersekolah. Yang
ia ingat, hanyalah pantulan dirinya yang ia lihat didepan cermin tadi pagi.
Sangat kacau. Sangat sangat sangat kacau.
Matanya sembab, wajahnya kuyu. Dan ia
tidak mau pergi kesekolah hanya gara-gara itu. Dan ternyata sekarang, ia sedang
berada di kelasnya, di sekolahnya. Dan iya tidak lagi peduli akan penampilannya
saat ini.
Korie menarik tangan Tayuo keluar kelas. “Ayo
ikut aku sekarang.”
Yang ditarik pun tidak melawan sama sekali. Ia
hanya menatap Korie dengan wajah dungunya itu. Wajah-super-dungu.
Ternyata Korie menarik Tayuko kedalam Toilet.
Disalah satu biliknya, ia mendudukkan Tayuko diatas kloset.
“Sekarang coba ceritakan masalahmu kepadaku.”Tayuko diam.“Ayolah Tay. Aku akan dengarkan apapun
masalahmu itu. Aku tahu setiap masalah yang sedang kamu hadapi. Tapi tidak
seperti biasanya kamu seperti ini. Ada apa? Coba cerikan kepadaku.”
Dan tayuko masih diam seribu bahasa.
Korie pun berlutut menghadap tayuko. Ia menatap
tepat kedalam manik mata Tayuko yang sedang menunduk. Namun tiba-tiba Tayuko
menangis dan menghambur memeluk sahabatnya itu. Sedangkan Korie, Ia hanya bisa
menenagkan Tayuko dengan cara mengusap punggung Tayuko dan berkata “Sudah ya,
sudah. Cukup.”
Korie memang sahabat –yang menurut Tayuko,
paling pengertian dibandingkan dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Ia sahabat
yang selalu memberinya semangat disaat terpuruk. Dan ia sahabat yang sering
membuatnya lupa akan masalah-masalah yang menimpanya. Korie bagaikan jelmaan
kakak perempuan yang selalu Tayuko idam-idamkan. Ia sering sekali bercerita
mengenai apapun. Masalah-masalah yang sedang ia hadapi,maupun saat ia
sedang bahagia.
“Sudahlah, sudah. Cepat hapus air matamu.”
Ujar Korie setelah mendapat penjelasan dari sahabatnya itu.
“Terapi Ri...” Tayuko berbisik di telinga
Korie yang membuat Korie seketika terlonjak kaget.
“Terus, kamu mau batalin begitu saja janjimu
dengan Taka-kun?” Tanya Korie.
Tayuko kembali menunduk sedih. “Aku juga tidak
tahu. Tapi akan aku usahakan untuk menepatinya.”
“Lebih baik, kamu ceritakan juga masalah ini
kepada Taka. Siapa tahu...”
“Tidak. Tidak. Taka-kun tidak harus tahu
sekarang.” Cepat-cepat Tayuko memotong ucapan Korie.
“Yasudah jika itu maumu. Ayo ke atap.”
Mereka pun berjalan beriringan menyusuri
koridor dan berbelok kearah tangga luar yang menuju keatas atap.
Begitulah mereka. Disaat sedang suntuk atau
sedang tak ingin mengisi otak mereka dengan pelajaran, mereka berdua selalu ke
atas atap. Sekedar ngobrol atau hanya memandang kearah lapangan yang dipenuhi
anak-anak kelas lain yang sedang berolahraga.
“Lalu, kau mau apa? Ikuti kemauan Ibumu, atau
menjadi anak pembangkang?” ujar Korie sambil tertawa mengejek setelah mereka
berdua duduk bersila dipinggir atap yang menghadap kearah kebun belakang
sekolah.
“Aku tidak tahu. Jangan kau berbicara seperti
itu seolah-olah aku memang anak pembangkang.” Jawab Tayuko.
Mereka berdua pun diam. Sibuk berkutat dengan
pikiran mereka masing-masing.
.....................................................
Tayuko mengambil handfone yang sejak kemarin
sengaja ia tinggalkan didalam laci kamarnya. Dan ia pun menghidupkan kembali Pager yang juga sengaja ia matikan.
Berpuluh-puluh pesan singkat menyerbu masuk di
handfone nya. Dan sebuah pesan hinggap di pagernya, yang isinya berupa
pemberitahuan dari operator bahwa sebuah nomor mengiriminya beberapa pesan singkat.
Buru-buru, tanpa membaca pesan-pesan yang
masuk itu, Tayuko pun menghapusnya. Ia masih memikirkan kata-kata Korie tadi
siang. Tetapi, ia sendiri pun bingung.
........................................................
“Tayuko, apapun keputusan kamu yang nanti kamu
ambil, aku selalu dukung ko’. Dan kapanpun kamu minta bantuan aku, aku pasti
bantu sebisa aku. Semangat ya untuk ujian kelulusan nanti. Dan jangan lupa
untuk selalu mengabari aku :D”
Tayuko hampir saja menitikkan air mata membaca
note dari sahabatnya. Korie.
Ya, memang benar. Apapun keputusan yang dia
ambil, semua pasti ada resikonya. Dan ia sudah siap dengan semua resiko
tersebut.
.............................................................
Yay. ENJOY :D
Hahaha..... lama banget nih mikirnya.
Kacau.